kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Menakar Kebutuhan Kredit di Tengah Lesunya Bisnis Industri Tekstil


Rabu, 09 April 2025 / 18:46 WIB
Menakar Kebutuhan Kredit di Tengah Lesunya Bisnis Industri Tekstil
ILUSTRASI. Pekerja menyelesaikan produksi pakaian jadi di pabrik PT Kasih Karunia Sejati atau Emba Jeans, Malang, Jawa Timur, Jumat (5/7/2024). Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa pentingnya dukungan terhadap industri tekstil dan mendorong Himbara memberikan kredit.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum hilang dari ingatan berbagai permasalahan gagal bayar yang dialami beberapa perusahaan tekstil di Indonesia. Mulai dari Pan Brothers hingga Sritex mengalami hal yang serupa.

Meski kondisi berkata demikian, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa pentingnya dukungan terhadap industri tekstil. Mengingat, sektor ini merupakan sektor padat karya yang melibatkan banyak tenaga kerja.

Oleh karenanya, Prabowo telah memberikan pengarahan pada bank-bank BUMN untuk tetap mendukung industri tekstil. Dalam hal ini tentunya berkaitan dengan penyaluran kredit ke sektor tersebut.

Baca Juga: Penyelamatan Industri Tekstil Tak Boleh Fokus Hanya pada Satu Perusahaan

Menurutnya, pasar domestik Indonesia sangat besar yang bisa menyerap produk tekstil maupun alas kaki. Contohnya, kebutuhan seragam sekolah di mana  Indonesia memiliki sekitar 44 juta anak sekolah.

“Kemarin kami rapat, panggil Dirut Himbara (bank BUMN), Gubernur BI hadir, Menko Perekonomian juga hadir. Kita beri pengarahan kepada Himbara bahwa industri padat karya, seperti tekstil harus didukung," ujarnya, Selasa (8/4).

Setali tiga uang, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan semangat presiden untuk mendorong industri tekstil memang diperlukan. Hanya saja, ia bilang itu perlu melihat nantinya respons dari perbankan seperti apa.

Baca Juga: Pemerintah Komitmen Jaga Kelangsungan Industri Tekstil Dalam Negeri

“Karena seperti dikatakan presiden, belum tentu industri tekstil kita itu sudah sunset,” ujarnya ketika ditemui, Selasa (8/4).

Ia menambahkan bisa jadi sebenarnya ada peluang untuk industri tekstil dengan kemajuan teknologi dan mesin.  Sehingga, dengan dukungan dari perbankan bisa mengembangkan kompetisi tersebut.

Dalam hal ini, Dian juga menegaskan bahwa tentunya ini juga harus dilihat ke depannya bagaimana. Karena perlu memperhatikan secara komprehensif soal kebijakan perdagangannya, perpajakan hingga masalah investasi.

Jika berbicara data, penyaluran kredit ke sektor tekstil memang tak dirinci secara khusus. Kredit-kredit ke sektor tersebut masuk dalam kredit industri pengolahan yang digabung dengan sektor lainnya.

Per Februari 2025, data Bank Indonesia (BI) mencatat kredit modal kerja untuk industri pengolahan dan sejenisnya masih tumbuh 10,9% secara tahunan (YoY). Sementara, untuk kredit investasi di segmen yang sama tumbuh 10,8% YoY.

Menanggapi hal itu, Corporate Secretary Bank Mandiri M Ashidiq Iswara bilang bahwa sub industri tekstil merupakan bagian dari sektor pengolahan yang memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia. 

Baca Juga: Revisi Beleid Impor Berpotensi Selamatkan Industri Tekstil

Secara umum, ia menyebut Bank Mandiri memandang sektor manufaktur masih memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan, khususnya pada industri bernilai tambah tinggi.

Hingga akhir Februari 2025, penyaluran kredit Bank Mandiri ke sektor manufaktur termasuk tekstil tercatat sebesar Rp 182,9 triliun atau sekitar 14% dari total portofolio kredit.

Hanya saja, ia bilang pertumbuhan tersebut lebih didorong oleh subsektor makanan dan minuman, kimia, serta logam dasar yang mencatatkan pertumbuhan permintaan baik domestik maupun global.

“Bank Mandiri mengedepankan prinsip kehati-hatian dengan memperhatikan aspek kapasitas produksi, prospek permintaan pasar, efisiensi operasional, dan tata kelola perusahaan,” ujarnya.

Ke depan, Ashidiq bilang pihaknya akan terus memperkuat sinergi dengan pelaku industri, regulator, dan mitra strategis lainnya guna mendorong pertumbuhan sektor industri pengolahan secara inklusif dan berdaya saing tinggi.

Baca Juga: Kemenperin Targetkan Restrukturisasi Mesin untuk 21 Industri Tekstil dan Alas Kaki

Di kalangan bank swasta, Presiden Direktur OCBC Parwati Surjaudaja berpandangan portofolio kredit untuk sektor tekstil masih tergolong baik. Tak menyebut angka, Parwati hanya bilang porsinya high single digit.

Tak hanya itu, ia mengungkapkan bahwa berbicara industri tekstil ini tentu cukup relatif. Artinya, kualitas kredit yang dimiliki pun tak selalu buruk.

Terlebih, ia bilang OCBC yang awalnya berasal Bandung cukup memahami industri tekstil ini. Jadi, selama ada nasabah di sektor ini yang membutuhkan, OCBC melayani sesuai porsinya.

“Jadi NPL semua tidak lebih tinggi daripada industri,” tandasnya.

Selanjutnya: Resmi! China Terapkan Tarif 84% atas Impor Produk AS, Perang Dagang Makin Memanas

Menarik Dibaca: Waspada Hujan Petir di Jogja, Intip Ramalan Cuaca Besok di Wilayah DIY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×