Reporter: Galvan Yudistira, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank masih memiliki lahan lebih luas untuk mendongkrak kredit. Salah satunya, memanfaatkan penyaluran kredit kepada pengembang (developer) yang kini sedang giat membangun rumah atau apartemen.
Maklum, para pengembang hanya memanfaatkan 26,9% dana dari perbankan di tahun 2017. Angka tersebut turun dibandingkan porsi pembiayaan developer sebesar 37,4% di tahun sebelumnya.
Saat ini, mayoritas atau 56% pendanaan developer masih berasal dari kas internal, dan dari debitur. Di sisi lain, konsumen lebih banyak menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR) dan tunai bertahap dalam membeli properti.
"Bank masih ada ruang pembiayaan ke developer atau pengembang yang cukup tinggi," kata Filianingsih Hendarta, Asisten Gubernur Kelapa Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI), Kamis (12/7).
Sejauh ini, bank masih memberikan kredit ke developer melalui kredit konstruksi. Budi Satria, Direktur Konsumer Bank Tabungan Negara (BTN) mengaku, tidak ada penurunan dalam pemberian kredit ke pengembang
Yang pasti, BTN menargetkan dapat meningkatkan penyaluran kredit untuk pengembang. Realisasi kredit konstruksi hingga Maret 2018 mencapai Rp 27,03 triliun atau tumbuh 17,85%.
NPL dari tunai bertahap
Skema tunai bertahap dalam pembelian rumah dan apartemen menjadi salah satu penyebab kenaikan kredit bermasalah atau non perforning loan (NPL) pada segmen konstruksi. Nixon Napitupulu, Direktur Manajemen Resiko BTN mengatakan, mayoritas dilakukan oleh developer jenis hunian apartemen.
BTN menilai, terdapat risiko pada skema tunai bertahap. Pasalnya, skeman ini membuat cash flow pengembang semakin tipis.
Nah, tunai bertahap ini salah satu penyebab NPL konstruksi. BTN mencatat, hingga kuartal kedua, kredit konstruksi memiliki NPL 4%, terutama untuk bangunan tinggi (apartemen). Sedangkan, NPL konstruksi di rumah tapak berada di bawah 3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News