kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengintip Ketahanan Permodalan Bank BUMN yang Diklaim Kokoh


Kamis, 23 Maret 2023 / 15:42 WIB
Mengintip Ketahanan Permodalan Bank BUMN yang Diklaim Kokoh
Nasabah melakukan transaksi melalui ATM salah satu bank Himbara di Jakarta, Kamis (20/1). Mengintip Ketahanan Permodalan Bank BUMN yang Diklaim Kokoh.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kendati diterpa perlambatan ekonomi, tingkat permodalan bank-bank pelat merah masih sangat kokoh. Hal ini terlihat dari peningkatan rasio kecukupan modal (CAR) perbankan.

PT Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya memiliki ekuitas Rp 27,92 triliun dengan CAR sebesar 22% per Februari 2023. Dengan realisasi itu, Bank BTN masih terus menjaga rasio kecukupan modal untuk menyokong kegiatan operasional ke depan.

"Setelah rights issue sudah cukup optimal dengan CAR sekitar 22%, jadi sudah cukup kuat untuk mengantisipasi siklus krisis dan ekspansi kredit," kata  Direktur Manajemen Risiko BTN Setiyo Wibowo kepada kontan.co.id, Selasa (21/3).

Untuk diketahui, BTN memang telah menuntaskan agenda penerbitan saham baru dengan skema hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) atau rights issue dengan kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 1,6 kali. Alhasil tercapailah target penghimpunan dana Rp 4,13 triliun.

Baca Juga: Wahai Dividend Hunter, Ini Bocoran Saham-Saham yang Tawarkan Dividen Menarik di 2023

Setiyo pun memproyeksikan CAR sampai tiga tahun ke depan masih sangat cukup, dan diproyeksikan masih di atas 20%. "Tentu kan penguatan modal nanti dari penyisihan dari keuntungan atau retain earning," ujar Setiyo.

Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah merilis aturan baru yang mewajibkan bank memasukkan faktor risiko pasar perhitungan rasio kecukupan modal alias Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai bagian penerapan manajemen risiko.

OJK memberikan waktu satu tahun ini untuk melakukan uji coba penyesuaian teknis perhitungan aset tertimbang menurut risiko (ATMR) berdasarkan risiko pasar itu.

Menanggapi hal tersebut, Setiyo menyatakan, bahwa BTN akan patuh pada regulasi OJK, termasuk implementasi ATMR risiko pasar yang akan mulai diimplementasikan di Januari 2024. "Saat ini masih persiapan, dampaknya berapa terhadap permodalan masih dihitung," tandas Setiyo.

Saat ini, permodalan BCA juga berada pada posisi yang solid. Rasio kecukupan modal (CAR) BCA sangat memadai sebesar 25,8% pada tahun 2022.

"Posisi permodalan tersebut kami pandang cukup memadai untuk mengantisipasi risiko yang mungkin timbul, serta untuk menopang aktivitas usaha dan pengembangan bisnis secara berkelanjutan," ungkap EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn.

Baca Juga: Dorong Ekosistem UMKM Go Global, BNI Andalkan Alokasi KUR Rp 36,5 Triliun pada 2023

Ke depan, pihaknya berharap posisi permodalan tetap terjaga pada level yang memadai, ditopang oleh pencapaian kinerja yang solid sepanjang tahun 2022 serta prospek pertumbuhan ekonomi nasional yang positif. Sebagai informasi, laba bersih BCA dan entitas anak mencapai Rp 40,7 triliun di tahun 2022, atau tumbuh 29,6% YoY.

Di samping itu, sehubungan dengan pembagian dividen, BCA juga senantiasa mengkaji dividend payout ratio untuk menjaga keseimbangan antara posisi permodalan yang kokoh, pengembangan bisnis Bank maupun entitas anak, dan kepentingan pemegang saham. 

Asal tahu saja, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 16 Maret 2023 lalu telah memutuskan penggunaan laba bersih Perseroan antara lain untuk dibagikan sebagai dividen tunai sebesar Rp 205 per saham, meningkat 41,4% dibandingkan dividen tunai yang dibagikan untuk tahun buku 2021.

Dividen tunai tersebut sudah termasuk dividen interim tunai tahun buku 2022 sebesar Rp 35 per saham yang telah dibayarkan oleh Perseroan kepada para pemegang saham pada tanggal 20 Desember 2022, sehingga sisa yang akan dibayarkan Perseroan adalah sebesar Rp 170,- per saham.

Seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi nasional yang positif, BCA optimistis atas prospek bisnis ke depan dan melangkah secara pruden di tahun 2023, sekaligus konsisten mendukung pemulihan ekonomi di berbagai sektor.

BCA juga senantiasa berkomitmen menjaga pertumbuhan kredit yang berkualitas, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin.

Adapun CAR BRI konsolidasian hingga akhir tahun 2022 juga tercatat sebesar 23,3%, dimana hal ini disebut Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menunjukkan bahwa BRI masih belum membutuhkan tambahan modal setidaknya dalam 3 tahun sampai 4 tahun ke depan.

Baca Juga: Sinergi Dengan Pegadaian dan PNM Mulai Tampak, Simak Rekomendasi Saham BBRI

"Saat ini BRI masih belum membutuhkan penguatan modal," kata Aes.

Hal tersebut menurut Aes, tak lepas dari keberhasilan aksi korporasi yang dilakukan oleh BRI pada September 2021 yakni rights issue terkait pembentukan holding ultra mikro, dengan nilai total mencapai Rp 95,9 triliun termasuk inbreng saham Pegadaian dan PNM ke dalam BRI. 

Dimana Rp 41 triliun di antaranya dieksekusi pemegang saham publik.

Artinya modalnya BRI bertambah sebesar itu dan kemudian ada cash yang BRI terima mencapai sebesar Rp 41 triliun. 

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), saat ini mencatat CAR secara konsolidasi berada di level 19,7%, sedangkan untuk bank-only berada di angka 19,5%.

Keputusan pembagian dividen beberapa waktu lalu sebesar 60% dari laba bersih konsolidasi 2022 atau sekitar Rp 24,7 triliun disebut Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dilakukan dengan mempertimbangkan rencana akselerasi serta ekspansi bisnis serta kebutuhan permodalan Bank Mandiri.

"Adapun, setelah pembagian dividen, rasio kecukupan modal atau  CAR Bank Mandiri sampai dengan akhir tahun 2023 diproyeksikan tetap terjaga di level optimal," ungkap Darmawan.

Baca Juga: Siapkan NIK, Buka eform.bri.co.id untuk Cek Penerima Bantuan UMKM

Sementara itu, 40% dari laba bersih konsolidasi tahun lalu atau sebesar Rp 16,46 triliun akan dialokasikan sebagai laba ditahan. 

Sebagai informasi, total laba bersih Bank Mandiri untuk tahun buku 2022 tercatat sebesar Rp 41,17 triliun. Capaian ini naik 46,89% bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Sebanyak 40% sebagai laba diitahan tersebut menjadi salah satu langkah/strategi Bank Mandiri dalam menjaga kecukupan modal kedepan.

Sebelumnya, BMRI mengatakan pihaknya akan menjaga CAR di level 18-20% di tahun 2023. Posisi tersebut praktis tidak jauh berbeda dengan posisi CAR perseroan di akhir tahun 2022 lalu yang mencapai 19,5% secara bank only.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×