Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permasalahan kredit bermasalah di masa lalu kerap kali memang menjadi batu sandungan bagi bank untuk melakukan transformasi. Alhasil, mau tidak mau manajemen memang harus menyelesaikan kondisi tersebut dengan cepat.
Salah satu yang tengah gencar melakukan upaya pembersihan adalah PT Bank Raya Indonesia Tbk. Bank yang dulunya bernama PT Bank Rayat Indonesia Agroniaga Tbk atau BRI Agro ini gencar menerapkan berbagai strategi demi menekan warisan kredit beremasalah
Menilik laporan keuangan per Juni 2024, Bank Raya masih memiliki rasio kredit macet atau NPL Gross di level 4,14%. Untungnya, angka tersebut sudah mulai berkurang jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu di level 4,35%.
Direktur Keuangan Bank Raya, Rustati Suri Pertiwi bilang terkait kredit-kredit masa lalu yang telah dilakukan penghapus bukuan, Bank Raya mengupayakan agar terdapat pengembalian yang optimal. Ia bilang hal tersebut juga sudah mulai terlihat dengan adanya peningkatan pendapatan recovery Bank Raya yang tumbuh signikan di enam bulan pertama tahun ini. Peningkatannya mencapai 180% secara tahunan (yoy) pada Juni 2024 menjadi sebesar Rp 287 miliar.
Baca Juga: Bank Raya Paparkan Strategi untuk Perkuat Inovasi Bisnis Digital Mikro & Kecil
Selain itu, menurut Tiwi Bank Raya juga menjalin kerjasama yang semakin baik dengan KPKNL maupun Biro Lelang Swasta dalam melakukan lelang, sehingga persentase keberhasilan lelang semakin membaik.
“Publikasi informasi lelang Bank Raya yang semakin mudah diakses oleh masyarakat sehingga bisa meningkatkan potensi penambahan pendapatan recovery,” ujar Tiwi.
Di sisi lain, ia juga bilang Bank Raya kini fokus pada transformasi digitalnya dengan menyalurkan kredit secara digital. Dengan demikian, ke depan kredit non digital yang juga merupakan warisan masa lalu bakal terus menurun.
Tak mau kalah, PT Bank KB Bukopin Tbk atau yang kini dikenal dengan KB Bank juga terus mengupayakan pembersihan kredit macet dari Bank Bukopin. Bank tersebut sempat menargetkan bisa menyelesaikan proses tersebut tahun ini agar mampu mencetak laba tahun depan.
Wakil Direktur Utama KB Bank, Robby Mondong bilang pihaknya telah mengambil berbagai langkah strategis untuk menangani aset-aset berkualitas rendah. Ia menyebutkan pihaknya secara aktif melakukan collection dan lelang untuk memulihkan kualitas aset.
“Selain itu, kami juga telah melakukan penjualan kepada pihak ketiga (cessie), baik secara parsial maupun kolektif,” ujarnya.
Baca Juga: Kinerja Membaik, Perusahaan Afiliasi KBFG Bakal Borong Saham KB Bank
Ia melihat upaya ini telah membuahkan hasil yang signifikan. Sebab, KB Bank berhasil menekan rasio kredit berkualitas rendah atau loan at risk (LAR) sebesar Rp 7,2 triliun sehingga rasio LAR turun dari 39,8% pada Desember 2023 menjadi 25,6% pada Juli 2024.
Ke depan, Roby bilang masih menggunakan pendekatan strategi yang telah terbukti efektif untuk memperbaiki kualitas aset kami dengan terus melakukan collection hingga penjualan portofolio kepada pihak ketiga baik secara parsial maupun kolektif.
“Dengan strategi ini, kami optimis dapat menekan rasio LAR menjadi sekitar 20% pada akhir tahun 2024,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk, Nixon Napitupulu mengungkapkan bahwa tahun ini akan menjadi tahun terakhir bagi BTN untuk menyelesaikan persoalan kredit konsumsi masa lalu sesuai janji lima tahun yang lalu.
Dalam hal ini, BTN akan menyelesaikan atau memberhentikan restrukturisasi kredit high risk masa lalu. Artinya, kredit tersebut tidak akan ada lagi di laporan keuangan BTN atau sudah menjadi NPL.
Baca Juga: BTN Siap Membiayai 150.000 Unit Rumah Emisi Rendah
“Jadi mulai tahun 2025, BTN buka babak baru dan tidak diganggu lagi dengan kredit yang lalu. Sehingga mudah-mudahan koreksi atau reverse atas pendapatan bunga sudah tidak terjadi lagi di tahun-tahun mendatang,” ujarnya.
Hingga akhir tahun ini, BTN masih akan menjual aset-aset bermasalah tersebut dengan target senilai Rp 1,5 triliun. Cara yang dilakukan melalui lelang ataupun penjualan portofolio kepada pihak ketiga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News