kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Menteri Teten sebut holding ultra mikro akan kerek kredit UMKM hingga 30%


Kamis, 25 Maret 2021 / 17:40 WIB
Menteri Teten sebut holding ultra mikro akan kerek kredit UMKM hingga 30%
ILUSTRASI. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki berpose usai sesi wawancara terkait Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) 2021 di kantornya di Jakarta, Selasa (16/3/2021). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembentukan holding Ultra Mikro diperkirakan bisa menyerap kredit UMKM lebih dari 30% dari total pembiayaan perbankan secara nasional. Dengan begitu, kehadiran holding sedang ditunggu - tunggu banyak pihak. 

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut pembentukan holding tersebut bisa memastikan penyaluran kredit bagi pelaku usaha jadi lebih terjamin. Apalagi, kehadiran holding ini bisa menekan bunga kredit, proses penyaluran juga lebih mudah serta menjangkau lebih banyak nasabah. 

Mengingat, masih banyak pelaku usaha mikro dan kecil yang belum memperoleh akses kredit dari perbankan. Berdasarkan data Kemenkop UKM, proporsi pembiayaan UMKM terhadap total kredit perbankan baru mencapai 19,97% pada tahun 2020. 

Baca Juga: BRI Agro ditargetkan jadi bank digital pada akhir tahun ini

Jumlah ini masih jauh di bawah angka yang dicatat lembaga perbankan di negara tetangga. Di Singapura, rasio pembiayaan bank terhadap UMKM secara rata - rata mencapai 39%. Kemudian Malaysia 50%, Thailand 51%, Jepang 66%, dan Korea Selatan 82%.

“Kami hanya ingin memastikan bahwa penyaluran kredit mikro akan jauh lebih terarah kepada usaha kecil dan mikro yang memerlukan dengan bunga yang lebih rendah, mudah, dan juga ada pertambahan nasabah baru yang signifikan,” kata Teten, Kamis (25/3). 

Sebelumnya, Komisi VI DPR resmi memberikan dukungan bagi pemerintah untuk membentuk holding ultra mikro. Dukungan tersebut disampaikan setelah rapat kerja dengan Menteri BUMN Erick Thohir terkait konsultasi pembentukan holding ultra mikro, pada Kamis (18/3). 

Dalam raker tersebut, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan bahwa karakteristik bisnis masing-masing perusahaan calon anggota holding ultra mikro akan tetap terjaga. Bahkan, integrasi ini disebutnya bisa menjangkau pelaku mikro secara lebih luas.

"Kita tahu ada 60 juta pelaku mikro, yang baru setengahnya dilayani keuangan formal. Empat tahun ke depan kami pun yakin akan ada akuisisi 30 juta nasabah baru," ujar Tiko. 

Baca Juga: BI, Pemerintah, dan OJK dorong kredit dan pembiayaan dunia usaha

Tiko mengungkapkan rencana sinergi BRI, PNM, dan Pegadaian sudah mendapat persetujuan dari seluruh regulator yakni OJK, Bank Indonesia, LPS, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dan Komite Privatisasi.

Dia juga memastikan efisiensi bisnis dari pembentukan holding akan cukup besar. Potensi ini muncul seiring terbukanya peluang bagi Pegadaian dan PNM mendapat pendanaan dengan biaya rendah karena mengandalkan dana pihak ketiga (DPK) dari Bank BRI. 

"Jadi biaya yang harus dibayar (CoF) BRI yang rendah bisa diteruskan lagi ke Pegadaian dan PNM. Biaya mereka akan turun secara signifikan, dan bahkan diteruskan (efeknya) ke nasabah," tutup. 

Rencananya, pembentukan holding akan melibatkan tiga perusahaan pelat merah yaitu Bank BRI, Pegadaian dan PNM. Tujuannya untuk memperluas jangkauan, meningkatkan layanan dan memberdayakan masyarakat di bidang ultra mikro.

Selanjutnya: Begini upaya bank untuk mendorong komposisi kredit UMKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×