Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mercer CFA Institute Global Pension Index melihat dampak Covid-19 menambah tekanan finansial bagi pensiunan, baik saat ini maupun di masa depan. Apalagi Indonesia mencatatkan meningkatnya usia harapan hidup dan tekanan publik untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan populasi usia lanjut.
Skor sub-indeks keberlanjutan rata-rata menurun 1,2 poin pada tahun 2020 karena pertumbuhan ekonomi negatif yang dialami oleh sebagian besar negara akibat Covid-19. “Resesi ekonomi akibat krisis kesehatan global telah menyebabkan penurunan kontribusi pensiun, imbal hasil investasi yang lebih rendah, dan peningkatan utang pemerintah di hampir semua negara,” ujar Dr David Knox, senior partner dan peneliti utama Mercer pada Selasa (20/10).
Ini akan berdampak pada sistem pensiun di masa mendatang, yang berarti sebagian orang harus bekerja lebih lama. Sedangkan sebagian orang lainnya harus puas dengan standar hidup yang lebih rendah saat pensiun.
Dia melanjutkan, sangat penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan sistem dana pensiun untuk memastikan hasil jangka panjang yang lebih baik bagi pensiunan.
Baca Juga: Mercer menilai sistem jaminan pensiun butuh perubahan baru agar menjadi lebih baik
Margaret Franklin, CFA, Presiden dan CEO CFA menambahkan sebelum Covid-19, banyak sistem pensiun publik dan swasta di seluruh dunia mendapat tekanan untuk mempertahankan manfaat. “Kami telah mempelajari efektivitas sistem pensiun selama bertahun-tahun, dan meskipun tidak ada model sistem pensiun tunggal yang akan berhasil di semua negara, Global Pension Index menyediakan informasi komparatif untuk menentukan hal-hal yang mungkin dan mudah diterapkan di setiap negara,” papar Margaret.
Profesor Deep Kapur, Direktur Monash Centre for Financial Studies (MCFS), mengatakan bahwa banyak pemerintah di seluruh dunia telah merespon Covid-19 dengan stimulus fiskal yang substansial, dan bank sentral telah mengadopsi kebijakan moneter nonkonvensional.
“Proyeksi imbal hasil investasi rendah saat volatilitas meningkat, menambah tantangan manajemen risiko portofolio dana pensiun. Selain itu, pemerintah beberapa negara mengizinkan akses ke tabungan pensiun atau mengurangi iuran wajib untuk meningkatkan likuiditas rumah tangga,” tambah Kapur.
Baca Juga: Di tengah pandemi, bisnis DPLK masih bisa bertumbuh
Pada bulan Juni, pemerintah mengalokasikan paket stimulus senilai Rp 677,2 triliun untuk memulihkan ekonomi dan membuat dunia usaha dan karyawan mampu bertahan. Ini termasuk Rp 37,7 triliun untuk program subsidi gaji kepada peserta aktif BPJS yang memiliki gaji di bawah Rp 5 juta per bulan.
Jovita Sadrach, Retirement Business Leader Mercer Indonesia, mengatakan pemerintah telah memfokuskan upaya mempertahankan lapangan kerja dan bisnis untuk memitigasi dampak finansial dan ekonomi dari krisis Covid-19. Penurunan ekonomi yang akan datang pasti akan berdampak pada kemampuan pemberi kerja dan karyawan untuk membayar iuran pensiun.
“Sementara ketidakpastian pasar bisa membebani kinerja dana pensiun. Sangat penting bagi pengelola dana pensiun untuk melihat dengan cermat strategi dan portofolio mereka demi ketahanan dan keberlanjutan jangka panjang,” imbuh Jovita.
Baca Juga: Catat, ini 7 tips mengelola keuangan di masa pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News