kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski pemulihan ekonomi berjalan, perbankan tetap pupuk pencadangan tahun ini


Rabu, 17 Maret 2021 / 17:37 WIB
Meski pemulihan ekonomi berjalan, perbankan tetap pupuk pencadangan tahun ini
ILUSTRASI. Nasabah di Kantor Cabang Bank Sahabat Sampoerna. KONTAN/Baihaki


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan tetap membentuk pencadangan sepanjang 2021 meskipun program vaksinasi berlangsung dan pemulihan ekonomi terus bergulir. Hal ini guna mengantisipasi dampak restrukturisasi yang telah diberikan pada 2020 lalu.

PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara telah membentuk pencadangan sehubungan dengan restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 sebesar Rp 88 miliar pada 2020. Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Siregar mengatakan, pada 2021 Bank Sumut akan tetap memupuk kembali cadangan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) kredit yang terdampak Covid-19.

“Kemungkinan lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebagai antisipasi adanya pemburukan kredit pasca berakhirnya relaksasi sesuai POJK 48 yang diperkirakan berakhir Maret 2022. Pencadangan merupakan beban berjalan bank,” ujar Syahdan kepada Kontan.co.id, Rabu (17/3).

Sedangkan PT Bank Sahabat Sampoerna menyatakan nilai pencadangan akan sangat bergantung pada kualitas kredit yang diberikan. 

Direktur Keuangan Bank Sampoerna Henky Suryaputra menyatakan masih sulit menentukan CKPN kredit di 2021 lantaran ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir. 

Baca Juga: Hampir Setahun Relaksasi Restrukturisasi Berjalan, Potensi Kredit Bermasalah Menurun

“Namun demikian, untuk berhati-hati dan konservatif, kemungkinan nilai pencadangan yang akan dibukukan di akhir tahun 2021 ini akan lebih tinggi dari yang dibukukan per akhir tahun 2020 lalu. Sejalan dengan itu, nilai NPL mungkin akan mengalami sedikit peningkatan,” papar Henky kepada Kontan.co.id Rabu (17/3).

Henky berharap terjadi pertumbuhan penyaluran kredit dan peningkatan pendapatan non-bunga pada tahun ini. Sehingga kenaikan pencadangan tidak akan menyebabkan penurunan laba bersih Bank Sampoerna tahun ini.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk mencermati bahwa perekonomian Indonesia akan membaik tahun ini seiring dengan dimulainya vaksinasi Covid-19. Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menyatakan perbankan masih akan tetap melakukan pencadangan sebagai upaya refleksi kualitas kredit ke depannya sejalan dengan pemulihan ekonomi di tahun 2021. 

“Sepanjang tahun 2020, BCA membukukan biaya pencadangan sebesar Rp 11,6 triliun, meningkat 152,3% yoy. Sementara itu, perseroan mencatatkan rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga pada level 1,8%,” papar Vera. 

Sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk akan menjaga posisi rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di posisi 3%. Oleh sebab itu BRI menyiapkan rasio biaya pencadangan terhadap NPL di kisaran 250%.

“Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pencadangan tersebut antara lain kondisi ekonomi serta success rate dari restrukturisasi yang dilakukan BRI. Pencadangan tersebut diambil dari pos biaya,” ujar Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto. 

Pada 2020 lalu, BRI mencatatkan rasio pencadangan alias coverage ratio NPL sebesar 248%. Meningkat dibandingkan 2019 di posisi 166,6%. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), CKPN yang dibentuk oleh bank umum sepanjang 2020 lalu sebesar Rp 313,01 triliun. Nilai itu meningkat 83,42% yoy dibandingkan CKPN pada 2019 sebesar Rp 170,65 triliun. 

Selanjutnya: Bisnis debitur bank mulai pulih, potensi NPL dari restrukturisasi kredit turun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×