kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,81   -26,92   -2.90%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski Terdampak BI Fast, Perusahaan Switching Optimistis Bisnis Tetap Melaju di 2022


Rabu, 22 Desember 2021 / 20:26 WIB
Meski Terdampak BI Fast, Perusahaan Switching Optimistis Bisnis Tetap Melaju di 2022


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemangkasan biaya transfer antar berkat sistem BI Fast Payment milik Bank Indonesia membuat masyarakat senang. Namun lain halnya dengan Penyelenggara Infrastruktur Sistem Pembayaran (PIP) seperti switching. 

Selama ini, salah satu tugas perusahaan switching melayani sistem penghubung bagi bank untuk melakukan transfer. Kendati demikian, BI memastikan bisnis switching masih akan tetap relevan lantaran bersanding dengan BI Fast. 

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta menyatakan perusahaan switching juga melakukan layanan kliring dan settlement 

Di sisi lain, BI tengah mempersiapkan ketentuan agar perusahaan switching bisa menyediakan infrastruktur teknologi BI Fast bagi calon peserta. 

“Pada BI Fast ini, BI masih melibatkan perusahaan switching. Jadi nanti tinggal pilihan nasabah mau menggunakan yang mana. Walaupun secara biaya, BI Fast akan lebih murah ke depannya,” ujar Santoso kepada Kontan.co.id, Rabu (22/12).

Baca Juga: Ada BI Fast, BTN Optimistis Pendapatan Berbasis Komisi Bisa Tumbuh 25%

Ia menilai switching masih memiliki ceruk bisnis yang besar. Terlebih sebagai PIP, switching memiliki ekosistem besar yang dibutuhkan oleh perbankan dan fintech. 

“Switching memiliki ekosistem berbagai perusahaan yang membutuhkan sistem pembayaran. Sehingga, switching menjadi agregator atau penghubung antara penyedia sistem pembayaran dengan sistem milik merchant sehingga bisa beri layanan kepada nasabah,” paparnya. 

Salah satu pelaku switching, PT Artajasa Pembayaran Elektronis yang menjadi pengelola ATM Bersama mengakui implementasi BI Fast akan memberikan dampak. 

Vice President of Corporate Secretary Artajasa Zul Irfan menyatakan dampaknya belum terlihat karena BI Fast baru berlaku pada Selasa (21/22).

Kendati demikian, ia optimistis bisnis Artajasa di 2022 masih akan tetap bertumbuh. Artajasa akan membantu perbankan dalam penyediaan teknologi dan infrastruktur. Agar bank dapat memenuhi segala kebutuhan baik dalam hal peningkatan kualitas layanan kepada nasabahnya ataupun kebutuhan atas compliance terhadap regulasi. 

“Salah satunya tentunya adalah penyediaan solusi agar Bank dapat terhubung dan memanfaatkan layanan yang disediakan BI Fast secara efisien. Sehingga Bank dapat melakukan peningkatan kualitas layanan kepada nasabahnya serta memenuhi semua ketentuan regulasi,” katanya. 

Ia menyebut saat ini pertumbuhan transaksi Artajasa masih positif. Ini menunjukkan tren transaksi di masyarakat dengan menggunakan jaringan Artajasa masih sangat baik.

Potensi BI

Bank sentral telah menerapkan harga BI Fast kepada peserta baik bank maupun non-bank senilai Rp 19 per transaksi. Sedangkan batas harga dari peserta ke pengguna atau nasabah maksimal Rp 2.500 per transaksi. 

Pada tahap awal beroperasi, BI menyiapkan infrastruktur BI Fast dengan volume sebesar 30 juta transaksi per hari dengan menampung 2.000 transaksi per detik. Artinya, bila setiap hari masyarakat menggunakan 30 juta transaksi maka, BI akan mendapatkan dana BI Fast senilai Rp 570 juta per hari.

Dalam satu bulan BI akan mendapatkan dana sebesar Rp 17,1 miliar. Lalu sebesar Rp 205,2 miliar per tahun. Bila BI Fast makin diminati masyarakat dan bank sentral meningkatkan kapasitas transaksi harian, maka BI akan meraup dana yang akan lebih besar lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×