kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

NPL konsumer bank besar terjaga rendah berkat program restrukturisasi


Minggu, 17 Januari 2021 / 11:00 WIB
NPL konsumer bank besar terjaga rendah berkat program restrukturisasi


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama masa pandemi Covid-19, salah satu kekhawatiran industri perbankan adalah meningkatnya risiko kredit macet atau peningkatan non performing loan (NPL). Beruntung, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan sederet keriangan bagi perbankan maupun nasabah. 

Sejumlah stimulus yang diberikan OJK, mulai dari restrukturisasi kredit hingga pengecualian pencadangan. Aturan itu berlaku di seluruh segmen atau jenis kredit. Nah, salah satu kredit yang berisiko tak lain kredit konsumer. 

Berkat stimulus itu, beberapa bank yang dihubungi Kontan.co.id pun mengatakan rasio NPL konsumer sampai saat ini masih dalam batas wajar alias terkendali. 

Ambil contoh, PT Bank CIMB Niaga Tbk yang mengatakan NPL konsumer di akhir 2020 lalu terjaga di level 1,8%. Merujuk pada laporan keuangan CIMB Niaga, posisi itu bahkan lebih rendah dari periode awal pandemi Covid-19 di bulan Maret 2020 sebesar 2,2%. 

Baca Juga: BCA luncurkan Program SYNRGY Academy Batch 2 guna dorong digital talent Indonesia

Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan menjelaskan, meski ada restrukturisasi dan NPL bisa dijaga rendah, pihaknya tetap waspada menggawangi NPL konsumer. 

"Kami tetap waspada sehubungan dengan adanya stimulus Covid-19, kita bisa lihat nanti (posisi NPL) pada saat stimulus berakhir," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (15/1). 

Di sisi lain, Lani menambahkan sejatinya saat ini permintaan restrukturisasi kredit akibat Covid-19 sangat menurun. Sementara untuk di tahun ini, diproyeksikan kredit konsumer perseroan bisa tumbuh lebih deras. 

Dua kredit konsumer seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Mobil (KPM) atau Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) diramal bisa tumbuh pesat. "KPR kami target tumbuh 6%-8% dan KPM juga sekitar 15%," imbuhnya. 

Hanya saja, peningkatan itu menurutnya akan sangat tergantung pada situasi sektor pariwisata (travel related) di tahun ini. Bila kegiatan pariwisata sudah terbuka, maka hal itu bisa menjadi pemicu pergerakan kredit konsumer. 

Begitu pula dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mengatakan sampai dengan saat ini NPL konsumer masih bisa dijaga stabil dengan posisi kuartal III 2020. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Atturidha menyebut, per September 2020 NPL konsumer ada di kisaran 2,7%. 

"Kami berharap pada tahun ini NPL segmen ini (konsumer) dapat dijaga pada level yang sama," ungkap dia. 

Beberapa inisiatif juga sudah disiapkan bank berlogo pita emas ini, antara lain fokus penyaluran pada debitur terkait sektor yang relatif tahan dampak Covid-19, serta optimalisasi kebijakan restrukturisasi kredit sesuai kebijakan OJK. 

Sementara itu, Rudi mengungkap hingga 11 Januari 2020, Bank Mandiri telah menyetujui restrukturisasi kredit konsumer dari 207.000 lebih debitur terdampak Covid-19. Nilai portofolionya mencapai Rp 25,64 triliun. 

Baca Juga: Tiga bank ini serius jajaki pasar bank digital

Setali tiga uang, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga mengamini berkat adanya stimulus dari OJK, NPL konsumer sangat terjaga. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto membeberkan per Desember 2020 NPL konsumer berada di angka 0,7% untuk produk Briguna (kredit tanpa agunan/KTA) dan 2,96% untuk KPR. 

Sayangnya, Aestika tidak bisa merinci posisi NPL konsumer secara keseluruhan. "Kami optimistis akan terdapat perbaikan kualitas kredit seiring dengan perbaikan kondisi perekonomian setelah adanya vaksinasi Covid-19," jelas dia. 

Sedangkan dari sisi restrukturisasi kredit konsumer, bank bersandi saham BBRI ini bilang trennya sudah sangat melandai dengan rata-rata penurunan 2% per bulan. Penurunan itu terjadi pada periode bulan September hingga Desember 2020. 

Kendati tak merinci, Aestika menjelaskan penurunan tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan restrukturisasi di periode April sampai Agustus 2020. 

Sebagai tambahan informasi saja, per November 2020 Bank Indonesia (BI) mencatat kredit konsumsi mengalami kontraksi sebesar 0,2% year on year (yoy) menjadi Rp 1.595 triliun setelah stagnan di bulan sebelumnya. Penurunan ini utamanya disumbang oleh KKB yang turun drastis sebanyak 22,8% yoy per November 2020 menjadi Rp 109,6 triliun. 

Selanjutnya: Kaesang paparkan fundamental Bank Jatim, saham BJTM melesat 14%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×