kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.478.000   -4.000   -0,27%
  • USD/IDR 15.685   -195,00   -1,26%
  • IDX 7.504   8,04   0,11%
  • KOMPAS100 1.166   4,61   0,40%
  • LQ45 927   -2,36   -0,25%
  • ISSI 227   1,87   0,83%
  • IDX30 478   -1,88   -0,39%
  • IDXHIDIV20 574   -2,08   -0,36%
  • IDX80 133   0,26   0,20%
  • IDXV30 142   0,64   0,46%
  • IDXQ30 160   -0,33   -0,20%

NPL Perbankan di Sektor Properti Naik, Begini Kata Bankir dan OJK


Kamis, 14 Maret 2024 / 16:39 WIB
NPL Perbankan di Sektor Properti Naik, Begini Kata Bankir dan OJK
ILUSTRASI. Pembangunan perumahan di Bogor, Jawa Barat, Minggu (23/7/2023). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan di sektor properti tercatat mengalami tren kenaikan di awal tahun 2024. Ini sejalan dengan NPL perbankan secara keseluruhan yang juga mengalami kenaikan di periode sama.

Menilik data Bank Indonesia (BI), NPL properti per Januari 2024 tercatat di level 2,63%. Angka tersebut naik dari bulan sebelumnya di level 2,47% dan bahkan lebih tinggi dari periode Januari 2023 di level 2,46%.

Adapun, NPL untuk kredit properti dalam bentuk ruko maupun perkantoran tercatat paling tinggi sekitar 4,21%. Disusul dengan kredit untuk rumah susun atau apartemen di level 2,78%.

Sejalan dengan itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat NPL perbankan secara total juga mengalami kenaikan. Per Januari 2024, NPL net perbankan di level 0,79% atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya di level 0,71%.

Baca Juga: Sejumlah Bank Masih Bagikan Rasio Dividen Jumbo, Begini Respons OJK

Sebagai bank yang memang fokus pada sektor properti, PT Bank Tabungan Negara Tbk pun menyadari bahwa memang NPL di sektor properti masih cukup tinggi. Terutama, untuk kredit di sektor apartemen maupun perkantoran.

BTN sendiri mencatat NPL sektor tersebut yang masuk di sektor konstruksi pun tercatat paling tinggi per Desember 2023. Di mana, NPL di sektor tersebut mencapai 23,8% dan sedikit turun dari tahun sebelumnya di level 26,2%.

”Tahun ini agaknya sulit turun bahkan malah bisa naik,” ujar Direktur Manajemen Risiko BTN Setiyo Wibowo, Rabu (13/3).

Alasannya, Bowo bilang pasar untuk segmen apartemen hingga perkantoran memang saat ini masih lemah. Berbeda dengan sektor rumah tapak yang yang pertumbuhan kreditnya sudah konsisten tumbuh di atas 10% dalam dua tahun terakhir.

Oleh karena itu, Bowo mengungkapkan untuk NPL di sektor rumah tapak akan lebih baik di tahun ini dengan kecenderungan turun. Meskipun, di tahun 2023 sendiri ada sedikit kenaikan di tahun sebelumnya.

”Secara overall, NPL masih solid dengan KPR bersubsidi di level 1,5% dan untuk KPR non subsidi di level 2%,” ujar Bowo.

Sementara itu, Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengungkapkan bahwa NPL kredit sektor properti masih terjaga dengan cukup baik di 2023, baik itu segmen apartemen maupun rumah tapak.

Meski demikian, Hera tak merinci secara detil berapa NPL di sektor tersebut. Ia hanya menyebutkan NPL BCA secara keseluruhan berada di angka 1,9% untuk periode 2023.

Baca Juga: Sederet Saham Big Banks Ditutup Menguat pada Perdagangan Pertama Pekan Ini

”Terlebih new booking untuk KPR perbankan terbantu dengan adanya BCA Expo yang meningkatkan 2,3 kali lipat dalam tiga tahun terakhir,” ujar Hera.

Dari sisi regulator sendiri, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae melihat NPL perbankan ini masih normal dan belum mengkhawatirkan. Oleh karenanya, ia melihat belum tentu NPL perbankan saat ini hanya terpengaruh tingkat suku bunga acuan.

Tak hanya itu, untuk sektor properti sendiri, ia melihat kenaikan NPL di sektor tersebut bukan sesuatu yang berbahaya. Di mana, ia melihat komposisi kredit di sektor properti sejatinya juga tergolong kecil.

”Pencadangan atau CKPN perbankan saat ini kalau kita lihat kan juga memadai,” ujar Dian saat ditemui di Gedung DPR-RI, Rabu (13/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×