Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada semester I-2018 mencatatkan perbaikan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) dari 1,5% di Juni 2017 menjadi 1,4%.
Direktur BCA Rudy Susanto menilai, pada paruh pertama tahun ini kualitas kredit perseroan membaik. Alhasil, pada semester I-2018 BCA menurunkan porsi pencadangan atau coverage ratio menjadi 187,8% dari 196,3% di semester I-2017
"Memang sekarang kualitas kredit kita membaik, sejak tahun-tahun lalu itu NPL di 1,5%. Sampai Maret 2018 masih 1,5% sekarang sudah 1,4%. Karena ada beberapa kredit yang kita write off," kata Rudy saat ditemui di Jakarta, Kamis (26/7).
Walau secara coverage ratio menurun, Rudy menjelaskan secara nominal pencadangan BCA masih naik. Tercatat, pada semester I-2018 cadangan perseroan mencapai Rp 13,26 triliun. Jumlah tersebut naik dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya Rp 12,51 triliun atau naik 6,17%.
"Biaya pencadangan memang turun. Tapi secara nominal total pencadangan itu naik karena kredit bermasalah yang dihapus (write off) lebih rendah dari biaya pencadangan yang disiapkan," tambahnya.
Hal tersebut juga sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus naik. Ke depan, BCA masih tetap akan menjaga biaya pencadangan di level konservatif.
Menurut Rudy, jika kondisi ekonomi benar-benar membaik maka ada potensi pencadangan turun. Hanya saja, bila keadaan memburuk maka pihaknya bakal menambah pencadangan untuk menahan laju NPL.
"Kalau kondisi benar-benar membaik, mungkin coverage ratio 160% itu cukup. Tapi kalau ternyata memburuk maka kami harus bentuk di atas itu," sambungnya.
Penurunan biaya pencadangan tersebut juga membantu mendongkrak pertumbuhan laba BCA. Sampai dengan kuartal II-2018 tercatat laba bersih bank swasta terbesar ini naik 8,4% yoy menjadi Rp 11,42 triliun.
Hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan kredit perseroan yang tumbuh 14,2% yoy menjadi Rp 494,6 triliun.
Tak hanya BCA, bank besar lain seperti PT Bank Mandiri Tbk juga mencatatkan penurunan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN). Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengungkapkan pada akhir Juni 2018 biaya CKPN Bank Mandiri turun 15,4% menjadi Rp 7,89 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu.
Hal tersebut sejalan dengan strategi perbaikan kualitas kredit perseroan. Disamping itu, kendati biaya CKPN turun, Bank Mandiri tetap mempertahankan posisi coverage ratio di level 140% alias stabil dari level setahun sebelumnya.
"Melihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini, kami ingin terus menekan angka NPL serta menjaga biaya pencadangan pada kondisi normal sampai akhir tahun," kata Rohan kepada Kontan.co.id, Kamis (26/7).
Seiring dengan masih terjaganya coverage ratio dan tingginya biaya pencadangan bank bersandi emiten BMRI ini optimistis laju NPL masih akan dapat ditekan.
Berkat penurunan CKPN tersebut, Bank Mandiri pada paruh pertama ini berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih signifikan mencapai 28,7% secara yoy menjadi Rp 12,2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News