Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sesaat setelah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT Bank OCBC NISP Tbk segera meluncurkan layanan private banking. Bisnis anyar ini menjadi senjata andalan untuk memumpuk likuiditas.
Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja menyebut, OCBC NISP membidik nasabah yang memiliki harta minimal Rp 10 miliar atau setara US$ 1 juta. "Tahun ini kami harapkan sekitar 100 nasabah awal, tidak terlalu agresif," ujarnya (22/5).
Di tahun perdana beroperasi, bisnis perbankan bagi nasabah super-tajir ini ditargetkan bisa berkontribusi sekitar 5% terhadap total dana pihak ketiga (DPK). Tahun ini, OCBC NISP menargetkan DPK tumbuh 10%-15%.
Dengan asumsi perolehan DPK akhir 2016 sebesar Rp 101,02 triliun, tahun ini DPK dapat mencapai Rp 111,12 triliun hingga Rp 116,17 triliun.Dengan kata lain, bisnis private banking ditargetkan dapat menyumbang sekitar Rp 5,56 triliun hingga Rp 5,8 triliun dari target DPK 2017.
Agar bisa mencapai target itu, OCBC NISP tengah meracik produk dan layanan perbankan maupun non-perbankan terintegrasi. Tahap awal, OCBC NISP mengandalkan produk perbankan dan pasar modal yang sudah ada.Misalnya, tabungan multi currency dan deposito berjangka. Dari pasar modal, OCBC NISP punya instrumen pasar uang, valas, dan obligasi.
Nantinya, OCBC NISP akan memperluas jenis produk dan layanan private banking di kuartal IV. Parwati menambahkan, pihaknya akan bersinergi dengan Grup OCBC yang memiliki 610 cabang dan kantor perwakilan di 18 negara untuk memburu nasabah private banking.
Di kuartal I-2017, DPK tumbuh 22% menjadi Rp 109,7 triliun. Kontribusi dana mahal mencapai 70% dari DPK.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News