Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran ke sektor keuangan berkelanjutan bisa makin deras. Pasalnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membentuk Task Force Keuangan Berkelanjutan di Sektor Jasa Keuangan (SKJ) untuk mewujudkan pengembangan Ekosistem Keuangan Berkelanjutan.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyambut baik pembentukan Task Force Keuangan Berkelanjutan di SJK sebagai salah satu upaya memperkuat Ekosistem Keuangan Berkelanjutan. Bank akan mendukung berbagai inisiatif OJK.
Namun tetap memperhatikan ketentuan internal dan regulasi lain yang berlaku. Misalnya, dalam penyaluran pembiayaan hijau.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan kepada sektor-sektor berkelanjutan.
“Detailnya, portfolio Pembiayaan Berkelanjutan sesuai Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan POJK 51/2017 hingga triwulan II-2021 telah mencapai Rp 187 triliun. Nilai itu sekitar 23% dari total kredit Bank Mandiri (bank only),” ujar Rudi kepada Kontan.co.id, Rabu (6/10).
Baca Juga: Industri keuangan sambut positif pembentukan task force oleh OJK
Ia menambahkan, portfolio Pembiayaan Berkelanjutan tersebut tumbuh sekitar 6% secara year to date (ytd). Adapun kontributor utama pertumbuhan itu berasal dari sektor Energi Terbarukan dan Transportasi Ramah Lingkungan.
“Ke depannya, Bank Mandiri akan terus berupaya meningkatan pembiayaan kepada sektor-sektor berkelanjutan untuk mendukung Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap II yang dicanangkan oleh OJK,” jelasnya.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyambut baik dengan adanya task force tersebut. Harapannya tentu dapat mengakselerasi penerapan keuangan berkelanjutan di Indonesia.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto bilang BRI telah mengimplementasikan secara bertahap strategi keberlanjutan yang diharapkan dapat berdampak positif dalam mendorong percepatan implementasi keuangan berkelanjutan di Indonesia dan BRI akan fokus mewujudkan solusi keuangan yang terintegrasi kepada masyarakat.
“Hingga akhir triwulan II 2021, BRI mencatat 64,5% dari total kredit atau sebesar Rp 588,6 triliun merupakan portofolio berkelanjutan yang disalurkan kepada UMKM, kegiatan bisnis berbasis energi baru terbarukan (renewable energy), clean transportation, green building dan lain-lain,” katanya kepada Kontan.co.id.
Di masa mendatang kondisi perekonomian diprediksi akan semakin dinamis, untuk itu BRI akan terus memperkuat landasan kinerja perusahaan dengan melaksanakan prinsip-prinsip keuangan berkelanjutan.
Bank Central Asia terus berupaya mengimplementasikan ketentuan keuangan berkelanjutan atau environmental, social, and governance (ESG). Bak ini terus meningkatkan penyaluran kredit ke sektor ini hingga paruh pertama 2021.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja bilang BCA mengedepankan nilai-nilai ESG yang ditandai dengan kuatnya komitmen penyaluran kredit kepada sektor-sektor berkelanjutan dan UKM, serta pelaksanaan berbagai macam program yang mampu menciptakan nilai-nilai sosial. Dari total portofolio kredit, sekitar 23,0% atau Rp 136,2 triliun merupakan portofolio kredit keuangan berkelanjutan.
Nilai kredit tersebut meningkat 19,1% secara tahunan atau year on year (yoy). Sedangkan secara year to date (ytd), kredit ke sektor keuangan berkelanjutan itu meningkat 7,3% ytd.
Baca Juga: Permintaan kredit menggeliat, bank bisa melirik pendanaan lewat penerbitan obligasi
Adapun sebanyak Rp 43,3 triliun atau 31,8% dari portofolio keuangan berkelanjutan itu disalurkan ke sektor Living Natural Resources Management & Sustainable Land Use.
Selain itu, BCA juga menyalurkan kredit ini ke sektor Renewable Energy, Energy Efficiency, Eco-friendly transportation, Sustainable Water & Wastewater Management. Juga ke sektor Eco-efficient Product, Environmentally Friendly Building, dan Micro SME for national development.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menjelaskan bahwa Task Force ini bertujuan sebagai platform koordinasi terintegrasi SJK untuk membangun ekosistem Keuangan Berkelanjutan di Indonesia, termasuk keterlibatan dalam berbagai forum internasional.
“OJK melalui Sustainable Finance Roadmap yang sudah memasuki fase kedua ini berharap kepada sektor jasa keuangan untuk dapat bersiap, memahami implikasi terhadap bisnis maupun ekspektasi domestik dan global serta tantangan kebijakan yang harus diterapkan di sektor jasa keuangan,” kata Wimboh.
Sebelumnya OJK telah menerbitkan Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap I pada periode 2015 hingga 2019 dan Tahap II dalam kurung waktu 2021 sampai 2025 sebagai panduan untuk mempercepat penerapan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola di Indonesia yang berfokus pada penciptaan ekosistem keuangan berkelanjutan secara komprehensif, dengan melibatkan seluruh pihak terkait dan mendorong pengembangan kerja sama dengan pihak lain.
Selanjutnya: Bisnis milik konglomerasi semakin menggurita di industri keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News