kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,72   14,42   1.59%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OJK: Indonesia harus terapkan kebijakan responsif


Senin, 18 November 2013 / 12:55 WIB
OJK: Indonesia harus terapkan kebijakan responsif
ILUSTRASI. Komisi VII DPR Mulai Dorong Divestasi Kontrak Karya Vale Indonesia (INCO) . ANTARA FOTO/Basri Marzuki/foc.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Lembaga pemeringkat utang internasional, Fitch Rating, mempertahankan peringkat utang Indonesia di level BBB-. Peringkat itu berada pada outlook stabil.

Fitch memutuskan untuk mempertahankan peringkat Indonesia dengan pertimbangan kebijakan pengelolaan ekonomi yang baik terutama dalam menghadapi gejolak perekonomian terkini. Selain itu, Fitch mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat dan berkelanjutan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, keputusan lembaga pemeringkat utang internasional Fitch Ratings yang mempertahankan peringkat investment grade Indonesia harus disikapi dengan upaya melanjutkan kebijakan responsif. Ketua Dewan Komisioner Muliaman D. Hadad mengungkapkan, salah satu dasar keputusan Fitch yang mempertahankan peringkat investment grade bagi Indonesia adalah penilaian bahwa otoritas telah mengeluarkan kebijakan responsif terkait kondisi perekonomian yang terjadi.

"Kebijakan responsif itu dinilai Fitch sebagai kebijakan positif. Respon ini terus dipantau (Fitch), agar terus dikeluarkan kebijakan-kebijakan yang responsif. Fitch menilai pemerintah dan otoritas sudah responsif meng-address isu-isu yang berkembang," ujar Muliaman di Jakarta, Senin (18/11).

Muliaman menambahkan, meski Fitch menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih melambat, namun kondisi ini juga dihadapi oleh seluruh negara emerging market. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tertinggi kedua di negara-negara G20," ucap Muliaman.

Fitch juga menilai bahwa pengelolaan utang dan kebijakan fiskal bisa ditangani secara baik dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Menurutnya, kondisi keuangan pada industri perbankan Indonesia tahun ini dan 2014 mendatang, masih kuat.

"Jadi ini penting, karena keuangan Indonesia tidak lagi seperti di 2008 atau 1998 lalu," ujar Muliaman.

Lebih lanjut Muliaman mengungkapkan, selama ini OJK merasa berkepentingan untuk menjaga industri keuangan domestik dari ancaman krisis ekonomi global. Sebab, seperti diketahui, saat ini ada ketidakpastian di Amerika Serikat terkait isu pengurangan stimulus atau tappering off. Karena itu, industri keuangan juga diharapkan memiliki inisiatif sistematis agar terhidari dari pengaruh global yang lebih besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×