kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.306   -72,00   -0,44%
  • IDX 7.490   -13,57   -0,18%
  • KOMPAS100 1.062   5,79   0,55%
  • LQ45 796   5,98   0,76%
  • ISSI 254   -0,56   -0,22%
  • IDX30 410   -1,10   -0,27%
  • IDXHIDIV20 470   0,28   0,06%
  • IDX80 120   0,90   0,75%
  • IDXV30 124   0,93   0,76%
  • IDXQ30 131   0,00   0,00%

OJK Nilai Tarif Impor AS Bisa Jadi Peluang Ekonomi, Bukan Ancaman Sektor Keuangan


Kamis, 07 Agustus 2025 / 18:11 WIB
OJK Nilai Tarif Impor AS Bisa Jadi Peluang Ekonomi, Bukan Ancaman Sektor Keuangan
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Kantor LPS, Jakarta, Senin (28/7/2025). OJK menilai kebijakan tarif 19% yang diterapkan AS terhadap produk asal Indonesia tidak menimbulkan tekanan langsung pada sektor keuangan.


Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kebijakan tarif 19% yang diterapkan Amerika Serikat terhadap produk asal Indonesia tidak serta merta menimbulkan tekanan langsung pada sektor keuangan secara nasional. 

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar menjelaskan bahwa Indonesia masih punya ruang untuk meningkatkan ekspor ke AS, terutama jika dibandingkan dengan negara pesaing yang dikenakan tarif lebih tinggi.

“Dalam kondisi yang disruptif, kami mendukung upaya kita lebih lanjut meningkatkan daya saing sehingga kita bisa terus memanfaatkan peluang,” kata Mahendra dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK, (4/8/2025).

Baca Juga: Pantau Industri Pasar Modal, OJK Atur Kegiatan Promosi dan Influencer Keuangan

Ia menyebut enam produk utama ekspor Indonesia ke AS seperti alat listrik, alas kaki, minyak nabati, garmen, karet, dan furnitur mencapai nilai total sekitar US$ 14 miliar atau 52% dari total ekspor ke AS.

Untuk alat listrik, Indonesia menempati posisi terbawah dari negara-negara eksportir ke AS dengan nilai US$ 4,83 miliar. Namun, banyak negara pesaing dikenai tarif impor lebih tinggi, termasuk China.

Kondisi serupa juga terlihat pada produk alas kaki, di mana Indonesia berada di peringkat ketiga dengan ekspor senilai US$ 2,64 miliar, di bawah China dan Vietnam. Untuk minyak nabati, Indonesia menjadi eksportir terbesar kedua setelah Kanada.

Baca Juga: Pekan Ketiga Juli, Dana Asing Rp 10,49 Triliun Keluar dari Pasar Keuangan Domestik

Ia menegaskan pentingnya dukungan dari sektor jasa keuangan untuk mendorong ekspansi pelaku usaha ekspor.

“Utamanya adalah bagaimana kita bisa memperbaiki dan memperkuat terus iklim berusaha dan iklim investasi di Indonesia,” kata Mahendra.

Selanjutnya: Saham COIN Melesat 24,50% Kamis (7/8), Transaksi Tembus Rp 798,5 Miliar

Menarik Dibaca: Tips Bijak Menabung Ala Neo Bank

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×