kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ongkos pesangon membengkak, laba OCBC NISP turun 26,3%


Selasa, 15 Maret 2011 / 16:47 WIB
Ongkos pesangon membengkak, laba OCBC NISP turun 26,3%
ILUSTRASI. Petugas medis menyiapkan ruang isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Meutia, Aceh Utara, Aceh, Selasa (3/3/2020). RSUD Cut Mutia di Aceh Utara RSU Dr Zainoel Abidin di Banda Aceh merupakan rumah sakit rujukan bagi perawatan pasien terinfeksi virus


Reporter: Ruisa Khoiriyah, Nina Dwiantika |

JAKARTA. Pencapaian laba bersih PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) tahun 2010 tercatat turun 26,3% tersedot biaya merger dengan Bank OCBC Indonesia. Walhasil, tahun lalu, OCBC NISP hanya mengantongi perolehan laba bersih sebesar Rp 321 miliar.

Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja menjelaskan, biaya merger memang cukup besar karena penggabungan dua bank yang sama-sama dimiliki oleh korporasi asal negeri Merlion yakni OCBC Singapore tersebut memakan ongkos tak kecil. Terutama untuk pesangon karyawan. "Sesuai Undang-Undang Tenaga Kerja, sebelum merger kami harus menawarkan kepada para karyawan, mau tetap bergabung atau tidak?" jelasnya, usai acara Public Expose yang digelar di Jakarta, Selasa (15/3).

Direktur OCBC NISP Rama Pratama menambahkan, merunut aturan ketenagakerjaan yang berlaku, bagi karyawan yang akhirnya memilih tidak bergabung dengan perusahaan baru hasil merger, maka perseroan wajib memberikan pesangon sekian kali gaji. "Yang memilih tidak bergabung kembali sebanyak 5%," jelasnya.

Sedangkan karyawan di OCBC Indonesia yang mengambil opsi mengundurkan diri mencapai 10% dari total karyawan. Rama menjelaskan, biaya pesangon ini memang yang paling banyak menyumbang ongkos merger bank yang usianya 70 tahun ini. Di OCBC NISP saja, total biaya mergernya mencapai Rp 188 miliar. "Kalau di OCBC Indonesia ongkosnya mencapai lebih dari Rp 6 miliar," imbuh Chief Financial Officer OCBC NISP Hartati.

Parwati menambahkan, bila ditelisik lebih detail, sejatinya laba OCBC NISP tahun 2010 tercapai sesuai target yakni sebesar Rp 500 miliar atau naik 15% daripada capaian tahun 2009. "Cuma, karena terpangkas ongkos merger tadi, jadinya turun menjadi Rp 321 miliar," paparnya.

Kendati laba menjadi susut akibat biaya penggabungan perusahaan, OCBC NISP masih bisa berharap adanya "obat pelipur" yakni insentif merger dari Bank Indonesia. Saat ini, OCBC NISP masih memproses pengajuan insentif merger tersebut. Bila lancar, maka setidaknya mereka bisa mengantongi insentif senilai Rp 1 miliar dari langkah merger ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×