kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

OVO klaim pengguna tetap meningkat walau dikenakan biaya tambahan saat topup


Rabu, 19 Februari 2020 / 22:41 WIB
OVO klaim pengguna tetap meningkat walau dikenakan biaya tambahan saat topup
ILUSTRASI. Konsumen memindai?barcode untuk melakukan pembayaran dengan aplikasi uang elektronik di salah satu gerai minuman di Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/07/01/2020.


Reporter: Annisa Fadila | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Visionet Internasional (OVO) kini kembali membuat kebijakan baru. Sebelumnya, OVO membebaskan biaya kepada penggunanya untuk lakukan topup, namun pada Maret mendatang kebijakan tersebut tak lagi berlaku. OVO mengenakan biaya tambahan Rp 1.000 saat lakukan topup.

Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra mengatakan, hal itu tak menjadikan pengguna OVO kian berkurang. Sebab, menurut data yang dimiliki oleh OVO, sepanjang tahun 2019 pengguna OVO alami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2018 lalu.

Baca Juga: Ditunjuk sebagai Presiden Komisaris OVO, ini komentar Mirza

Labih lanjut,Karaniya menambahkan e-money merupakan suatu terobosan teknologi yang membutuhkan digital, hal itu membuat masyarakat tak hanya mencari layanan gratis, tetapi juga mencari kemudahan agar dapat lebih efisien.

“Kami sudah mengenakan biaya transfer, dan kami bukan jadi yang pertama, kami malah belakangan mengenakan biaya transfer. Kalau biaya top up itu kisarannya Rp.1.000, sejauh ini tidak kami melihat ada penurunan, malah pengguna naik terus,” Paparnya, Rabu (19/2).

Tak hanya itu. Karaniya turut menjelaskan terdapat 4 parameter yang menjadi tolak ukur OVO, keempatnya adalah montly active user, volume transaksi, frekuensi transaksi juga stock value facilitie. Menurutnya, dari keempat tersebut secara keseluruhan mengalami peningkatan secara signfikan.

Baca Juga: Dompet digital mana yang paling banyak dipakai di Indonesia?

Terkait hal itu, Karaniya turut menambahkan sejak berdirinya OVO, pihaknya selalu mengedukasi masyarakat, karena menurutnya dompet digital masuk ke dalam ekologi keuangan.

“Dari awal kami tentu mengedukasi, karena itu kita sebagai ekologi keuangan, apalagi e-money 3 tahun lalu belum banyak yang pakai. Kalau dilihat ke belakang, e-commerce butuh 11-12 tahun untuk berkembang. Sedangkan e-money itu baru ada 2-3 tahun lalu, tapi biaya promosi itu turun terus, sementara penggunanya naik. Saya kira itu provitability yang jelas,” Tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×