Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
Namun demikian, Wawan bilang secara umum penambahanya tidak signifikan dibanding free float di market. Sehingga, pengaruhnya ke market relatif sangat kecil dan sahamnya tidak akan naik banyak.
Ia menyarankan investor harus tetap fokus kepada prospek bisnis, fundamental dan likuiditas dari masing-masing bank. Di mana, industri perbankan sendiri secara umum masih sangat baik dari sisi kinerja dan pertumbuhan, dan masih menjadi backbone dari pasar modal indonesia.
”Koreksi yang terjadi dua bulan terakhir bisa menjadi entry poin yang menarik bagi investor jangka panjang, terutama pada saham bank BUMN yang valuasinya menjadi murah,” ujarnya.
Baca Juga: Direksi dan Komisaris BTN Kompak Borong Saham BBTN
Meski demikian, Wawan melihat isu pergerakan suku bunga masih akan menjadi katalis utama. Ia bilang sepanjang proyeksi penurunan suku bunga the fed betul terjadi kinerja bank-bank tersebut masih akan sangat baik, tetapi volatilitas jangka pendek masih sangat mungkin terjadi
Sementara itu, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengungkapkan bahwa wajar para bankir ini mulai menambah kepemilikan sahamnya. Mengingat, harga sahamnya masih terbilang murah dengan adanya koreksi beberapa waktu terakhir.
Ia pun mengakui bahwa aksi tersebut memang bisa menjadi katalis positif bagi saham-saham tersebut. Namun, investor tidak boleh semerta-merta hanya mengikuti saja dan harus tetap melihat sisi fundamentalnya.
“Kalau misalnya investor yakin dengan fundamentalnya, yakin dengan potensi valuasinya, maka beli adalah kesempatan dan menunggu merupakan pilihan,” ujar Nico.
Baca Juga: BRI Multifinance Proyeksi Kredit Macet Usai Lebaran Masih di Bawah 2%
Untuk jangka panjang, Nico bilang pergerakan harga saham-saham bank di atas masih berpotensi untuk naik. Ia menargetkan BMRI bisa menyentuh harga di Rp 7.400 per saham sementara BNGA di level Rp 2.300 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News