Reporter: Nina Dwiantika, Issa Almawadi | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Perhelatan Banker's Dinner 2013 menandai pelepasan sebagian kekuasaan dari Bank Indonesia (BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selepas jamuan malam para bankir pada Kamis (14/11), kendali BI bakal terfokus pada dua hal.
Kebijakan moneter dan sistem pembayaran adalah dua hal yang menjadi fokus bank sentral di tahun 2014. Dua agenda ini juga yang menjadi santapan utama para bankir pada pertemuan dengan Agus Martowardojo, Gubernur BI. Di tahun transisi politik besok, Agus berjanji bahwa BI akan turut menjaga stabilitas perekonomian dan sistem keuangan.
Dari sisi pengelolaan likuiditas rupiah, BI akan melanjutkan strategi penyerapan likuiditas. "Misalnya, BI akan menyerap likuiditas dengan penerbitan sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan medium term notes (MTN) bertenor satu tahun atau lebih," ujar Agus di Banker's Dinner, tadi malam.
Agenda moneter BI lain adalah mengembangkan pasar uang, baik rupiah maupun valas. Langkah perdana yang bakal ditempuh BI adalah memfasilitasi pilot project Master Repo Agreement (MRA).
Berbenah di pasar uang
Secara sederhana, MRA adlah aturan main transaksi repo atawa repurchase. Ini adalah transaksi penjualan efek atau surat berharga kepada pihak lain dengan janji membeli kembali. Di pasar perbankan Tanah Air, aset dasar repo adalah SBI dan surat utang negara (SUN) pada transaksi pasar uang antar bank (PUAB).
Tahap awal, BI akan melibatkan proyek uji coba MRA terhadap lima hingga sepuluh bank. Peserta uji coba terbatas lantaran tidak semua bank yang bertransaksi SBI dan SUN. Tujuan BI, MRA akan memberi keamanan di pasar uang. Sejatinya, transaksi repo kerap berdasarkan agunan. Nah, MRA ini nantinya berfungsi menjadi acuan bersama yang mengikat kreditur dan debitur, agar transaksi lebih aman.
BI juga berencana mengatur transaksi repo antarbank, berdasarkan prinsip syariah. Selain itu, BI akan merevisi ketentuan surat berharga komersil (commercial paper). Sebagai polisi moneter, BI juga bakal melindungi perbankan Tanah Air dari ancaman luar negeri. Salah satu cara yang bakal ditempuh BI adalah bekerjasama dengan bank sentral dan otoritas keuangan di negara-negara lain, terutama di daratan Asia.
Menurut Agus, kerjasama dengan bank sentral regional menjadi upaya antisipasi risiko ketidakpastian perekonomian global. "Kami yakin, OJK akan konsisten terhadap regulasi dan supervisi perbankan seperti yang telah disepakati sekarang," jelasnya.
Di tahun 2014, BI menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8%-6,2%. Sedangkan tingkat inflasi berada pada kisaran 4,5%±1%.
Proyeksi BI terhadap pertumbuhan kredit perbankan tahun 2014 sebesar 15%-17%. Catatan penting lain dari BI, bayang-bayang perlambatan ekonomi memungkinkan terjadinya kenaikan suku bunga. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News