Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar pembiayaan alat berat diyakini membaik di semester II tahun ini. Sejumlah faktor dinilai bisa menjadi pendorongnya.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno memprediksi bisnis pembiayaan alat berat bisa tumbuh dua digit di tahun ini. Peluang pembiayaan ini di semester II masih cukup prospektif.
Direktur PT Buana Finance Herman Lesmana menyebut, proyek-proyek infrastruktur biasanya mulai makin digenjot di paruh kedua. Sejalan dengan hal tersebut, permintaan alat berat pun terkerek.
Meski begitu hingga kuartal I tahun ini, penyaluran pembiayaan alat berat Buana Finance lebih rendah 54,35% dari periode sama tahun lalu. Yakni sebesar Rp 147 miliar dari Rp 322 miliar pada kuartal I tahun lalu.
Menurut Herman, ini karena pasokan alat berat di pasaran tersendat karena banyaknya permintaan di awal tahun. Kondisi ini menyebabkan, Buana Finance belum bisa mengeruk peluang.
Nah di paruh kedua tahun ini, pasokan alat berat sudah meningkat. "Sehingga kami optimistis bisa mengejar target tahun ini," kata Herman.
Sebagai catatan, di 2018 perusahaan ini memasang target pembiayaan alat berat sebanyak Rp 1,25 triliun, meningkat dari tahun 2017 sebesar Rp 831 miliar. Tahun lalu, Buana Finance secara total telah menyalurkan pembiayaan Rp 2,97 triliun.
Herman menambahkan, sektor konstruksi menjadi salah satu andalan Buana Finance dalam menyalurkan pembiayaan alat berat. Di tahun lalu, segmen ini menyumbang 9,4% dari total pembiayaan.
Tahun ini, sektor infrastruktur ini merupakan salah satu prioritas pemerintah untuk digenjot. Makanya, Herman optimistis, sektor ini masih bisa memberikan peluang bisnis yang cukup cerah.
Di samping itu, permintaan alat berat dari sektor pertambangan juga masih menunjukkan peningkatan. Tentunya ini menjadi peluang untuk menggenjot penyaluran pembiayaan di paruh II-2018.
PT Mandiri Tunas Finance (MTF) juga optimistis permintaan pembiayaan alat berat meningkat di paruh II-2018. Menurut Direktur MTF Harjanto Tjitohardjojo, beberapa permintaan alat berat dan truk berukuran besar memang meningkat di tahun ini. Namun, MTF tak mau terlena dengan kondisi ini. Pasalnya, industri komoditas sebagai pengguna alat berat punya risiko berbeda-beda.
Misal sektor batubara, sangat bergantung pada kondisi pasar di luar negeri terutama China. MTF lebih memilih sektor-sektor yang relatif aman. "Termasuk dari sektor konstruksi yang risikonya lebih terkontrol," kata dia.
MTF lebih memprioritaskan pembiayaan alat berat kepada nasabah Bank Mandiri. Sehingga, risiko masih tergambar dengan lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News