Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Perhatian pemerintah terhadap sektor maritim menjadi ladang bisnis menggiurkan bagi pelaku usaha pembiayaan (multifinance). Pelaku usaha multifinance berpotensi menyalurkan pembiayaan kemaritiman dengan menggandeng industri terkait, seperti asuransi, penjaminan dan modal ventura.
Saat ini, Kelompok Kerja (Pokja) Pembiayaan Kemaritiman masih melakukan sosialisasi dan turun untuk melihat kondisi di lapangan. Studi pertama dilakukan di Desa Kusamba, Klungkung, Bali. Di desa ini terdapat sentra pemindangan ikan dengan 70 pengusaha. Ada pun omzet rata-rata mereka mencapai Rp 600 juta per hari.
Setelah dari Bali, Pokja Pembiayaan Kemaritiman rencananya akan sosialiasi ke beberapa daerah lagi. Antara lain di daerah Gunung Kidul Yogyakarta, Batam, Makasar dan Sibolga. Efrinal Sinaga, Ketua Pokja Pembiayaan Kemaritiman mengatakan, pembiayaan yang dapat disalurkan menyangkut modal kerja dan investasi.
Modal kerja dan investasi ini antara lain untuk pembelian bahan baku, seperti garam, keranjang, bibit, upah buruh, pembiayaan kapal yang lebih besar, mesin tempel dan kemasan. "Potensinya luar biasa besar. Saya kira, dalam lima tahun ke depan, pembiayaan kemaritiman mampu mengimbangi pembiayaan otomotif," ujarnya, Selasa (3/3).
Lihat saja, sambung dia, pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor terus melambat dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, pemerintah terus meningkatkan perbaikan fasilitas transportasi umum dan mewacanakan untuk memberlakukan pajak progresif kendaraan bermotor.
Sementara, pemerintahan baru konsentrasi membangun sektor kemaritiman. "Saat ini, yang kami butuhkan adalah mengubah pola pikir pelaku usaha pembiayaan yang masih main di otomotif, bahwa pembiayaan kemaritiman itu potensinya luar biasa besar. Pokja sendiri masih mempelajari model bisnis yang tepat. Diharapkan, Mei 2015 sudah bisa meluncur," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News