kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.165   35,00   0,22%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Pembiayaan multifinance melorot 12,86% per Agustus 2020 akibat pandemi Covid-19


Selasa, 06 Oktober 2020 / 10:48 WIB
Pembiayaan multifinance melorot 12,86% per Agustus 2020 akibat pandemi Covid-19
ILUSTRASI. Penjualan mobil./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/30/09/2020.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 memukul telak perusahaan pembiayaan. Selain harus merestrukturisasi pembiayaan terkena dampak pandemi, permintaan pembiayaan baru masih lemah akibat ekonomi lesu.

“Di Industri Keuangan Non Bank, hingga Agustus 2020 pertumbuhan piutang pembiayaan masih mencatatkan kontraksi yang cukup dalam yakni -12,86%yoy dengan non performing financing 5,2%. Sedangkan gearing ratio masih terjaga rendah 2,4kali dibawah threshold 10 kali,” ujar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pekan lalu.

Adapun realisasi pembiayaan multifinance hingga Agustus 2020 senilai Rp 391,96 triliun. Sedangkan pada Agustus 2019 senilai Rp 449,80 triliun.

PT BCA Finance juga mengalami tekanan pandemi. Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim menyatakan pembiayaan baru hingga Agustus 2020 senilai Rp 10,24 triliun. Nilai itu turun 53% yoy dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 21,9 triliun.

Baca Juga: Indonesia dorong kerja sama pembiayaan infrastruktur dengan ASEAN

“Penunan ini merata di semua cabang kami. Kami perkiraan pembiayaan baru tahun ini hanya Rp 16 trilun. Turun hampir setengah dari pencapain tahun lalu sebanyak Rp 33,4 triliun,” ujar Roni kepada Kontan.co.id, Senin (5/10).

Rendahnya proyeksi pembiayaan hingga akhir tahun lantaran perusahaan melihat permintaan pembiayaan baru masih lemah. Kendati demikian, Roni bilang perusahaan berhasil memperbaiki rasio pembiayaan bermasalah.

“Non performing financing pada Juli 2020 di level 2,08% dan membaik pada Agustus 2020 di posisi 1,79%,” tutur Roni.

Direktur Utama PT BNI Multifinance Hasan Gazali menyatakan pembiayaan baru hingga Agustus 2020 mencapai Rp 466 miliar. Nilai itu turun 44,85% yoy dibandingkan Agustus 2019 sebesar Rp 845 miliar.

“Turun karena dampak corona dan sebagian kreditur mulai menahan pencairan kredit. Hingga saat ini, permintaannya dari kantor pusat nasabah yang ada di Jakarta namun proyeknya ada di lokasi proyek yang tersebar di seluruh Indonesia,” tutur Hasan kepada Kontan.co.id.

Hasan merinci hingga Agustus 2020, pembiayaan baru BNI Multifinance ditopang pembiayaan investasi senilai Rp 268,84 miliar. Lalu diikuti oleh pembiayaan modal kerja sebesar Rp 144,27 miliar.

Kemudian ada pembiayaan multiguna sejumlah Rp 43,53 miliar. Terakhir pembiayaan operating lease senilai Rp 9,42 miliar. Hasan memproyeksi realisasi pembiayaan akhir tahun sebesar Rp 663 miliar.

Direktur PT Mandiri Tunas Finance Harjanto Tjitohardjojo juga menyatakan pembiayaan hingga September 2020 senilai Rp 12,3 triliun, turun 40,58% yoy dibandingkan September 2019 yang senilai Rp 12,3 triliun.

Baca Juga: OJK merilis aturan baru bagi industri keuangan non bank

“Hingga September 2020, area yangg masih baik pertumbuhan di Kalimantan. Segmen corporate agak turun pembiayaannya. Sedangkan pembiayaan pada sektor ritel mulai membaik,” ujar Harjanto kepada Kontan.co.id.

Kendati secara tahunan turun, Harjanto bilang secara bulanan pembiayaan MTF masih terus tumbuh. Bila pada Mei 2020 pembiayaan hanya Rp 460 miliar, naik menjadi Rp 527 miliar di Juni 2020.

Kenaikan itu terus terjadi hingga Juli 2020, sebanyak Rp 922 miliar. Kemudian naik ke Rp 1,1 triliun dan pada September 2020 pembiayaan baru sebesar Rp 1,29 triliun.

Ia memproyeksi pembiayaan hingga akhir tahun senilai Rp 17 triliun. Nilai itu masih di bawah realisasi pembiayaan di 2019 sebesar Rp 28,5 triliun.

Selanjutnya: Perketat manajemen risiko, OJK merilis aturan baru bagi industri keuangan non bank

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×