kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pembiayaan multifinance syariah masih berpeluang tumbuh


Selasa, 20 Juli 2021 / 14:28 WIB
Pembiayaan multifinance syariah masih berpeluang tumbuh
ILUSTRASI. Penjualan kendaraan roda empat di Adira Expo, Serpong, Tangerang Selatan.?(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembiayaan dengan prinsip syariah di industri multifinance masih  menunjukkan kontraksi. Meski demikian, beberapa perusahaan multifinance masih optimistis pembiayaan syariah masih akan terus tumbuh ke depannya.

Jika melihat data OJK bulan Mei 2021, pembiayaan syariah secara industri mengalami kontraksi sebesar 21,95% atau senilai Rp 11,31 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu. Meski demikian, sejak Februari 2021 pembiayaan syariah secara konsisten terus tumbuh mencapai 1,25%.

Adapun salah satu multifinance yang masih merasakan pertumbuhan pembiayaan syariah yaitu PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance. Perusahaan ini mencatat, hingga semester I-2021, pembiayaan baru syariah mencapai Rp 2,4 triliun, tumbuh 70% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Secara keseluruhan portofolio, pembiayaan syariah mewakili 14% di semester I-2021 dan di tahun 2021 targetnya dapat tumbuh sekitar sebesar 20% dari pencapaian 2020 sebesar Rp 3,05 triliun,” ujar Direktur Penjualan, Pelayanan, dan Distribusi Adira Finance, Niko Kurniawan Bonggowarsito kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Pefindo sebut peringkat mayoritas multifinance masih tinggi

Niko bilang berharap ke depannya segmen syariah dapat lebih bertumbuh dengan didukung diversifikasi produk Syariah yang lebih beragam dengan tawaran yang menarik. Ia menyampaikan bahwa hampir seluruh segmen produk untuk pembiayaan secara syariah mengalami kenaikan terutama pada mobil baru dan barang durables.

Ke depannya, Adira Finance akan lebih melakukan pendekatan terhadap komunitas-komunitas syariah untuk menawarkan produk syariah untuk mendapatkan pasar yang lebih solid.

“Kami juga akan melengkapi KCUS dengan lini produk syariah yang lebih bervariasi dengan tambahan produk Refinancing Syariah menggunakan akad Bai wal Istijar,” tambah Niko.

Selain Adira Finance, ada juga PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) yang justru mayoritas pembiayaannya saat ini berasal dari pembiayaan yang menggunakan prinsip syariah. Sekadar informasi, hingga paruh pertama tahun ini porsi syariah terhadap total pembiayaan tercatat 54% atau sebesar Rp 2,2 triliun.

Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance Ristiawan Suherman menyampaikan pembiayaan syariah pada paruh pertama tahun ini sudah mencapai Rp 1,2 triliun yang berarti naik 12 kali lipat dari periode yang sama tahun 2020 yang sebesar Rp 109 miliar.

“Peningkatan yang signifikan di produk syariah dikarenakan tahun 2020, CNAF mencanangkan Campaign Syariah 1st. Kami saat ini juga sedang dalam proses untuk mengajukan akad MMQ dan IMBT untuk pembiayaan multiguna,” ujar Ristiawan.

Sampai dengan akhir tahun, Aris berharap komposisi pembiayaan syariah bisa tembus 60% dari total pembiayaan CNAF. 

Sebagai informasi, total pembiayaan CNAF hingga Juni 2021 sudah sebesar Rp 2,2 triliun atau naik 30% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,7 triliun.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno berpendapat,  peluang pembiayaan syariah di Indonesia masih cukup besar. Namun, ia melihat dalam jangka waktu pendek pembiayaan syariah masih menemui banyak tantangan.

“Dari sisi pendanaan sendiri memang masih menjadi tantangan karena pendanaan kami sangat bergantung pada perbankan dan saat ini bank syariah yang cukup besar baru Bank Syariah Indonesia,” ujar Suwandi.

Suwandi juga bilang saat ini pemain yang menawarkan produk syariah memang masih minim karena beberapa masih melakukan konsolidasi, Oleh karena itu, ia berharap bagi pemain baru yang masuk ke syariah ini harapannya bisa lebih serius dalam menjalankan bisnisnya tersebut.

“Keseriusannya dengan cara harus bener-bener bisa mempunyai modal yang cukup sesuai dengan aturan minimal Rp 100 miliar kalau nanti mau membuka unit usaha syariah yang baru,” pungkas Suwandi.

Selanjutnya: Begini peran SMF dalam membangkitkan investasi properti rumah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×