Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembiayaan produktif dari perusahaan multifinance diprediksi tumbuh lebih dominan. Walaupun volume uang yang tersalur belum sebesar pembiayaan multiguna, pembiayaan yang berasal dari modal kerja dan investasi ini punya peluang lebih besar.
Salah satu faktor pendorong pertumbuhan pembiayaan investasi diperkirakan berasal dari kenaikan harga batubara. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno menjelaskan, kenaikan harga batubara berdampak pada kebutuhan investasi alat berat yang meningkat.
"Sejak kenaikan batubara di kuartal ketiga bulan September 2016 ini memicu terus di 2017. Sekarang orang order alat berat harus menunggu 6 bulan ke depan," kata Suwandi kepada Kontan.co.id baru-baru ini.
Tren tersebut, diyakini Suwandi akan masih sama di tahun 2018. Ia melanjutkan, pertumbuhan pembiayaan investasi akan selalu diikuti oleh pertumbuhan modal kerja. Ia mencontohkan, jika seorang pengusaha membuka restoran, maka dipastikan pengusaha tersebut butuh dana lagi untuk operasional. Dana operasional yang dibutuhkan pengusaha itulah potensi pembiayaan di segmen modal kerja.
Salah satu perusahaan pembiayaan yang berfokus pada pembiayaan produktif, PT Indosurya Inti Finance atau Indosurya Finance juga optimistis akan potensi di tahun 2018. Tahun lalu saja, 69% dari total penyaluran Indosurya Finance di 2017 (Rp 2 triliun), berasal dari pembiayaan investasi atau setara dengan Rp 1,4 triliun.
Senada dengan Suwandi, Managing Director Indosurya Mulyadi Tjung bilang, untuk di tahun ini, potensi terbesar akan berasal dari pembiayaan modal kerja. Terlebih jika harapan Mulyadi terkait adanya perubahan regulasi untuk tenor yang bisa lebih fleksibel terjadi. Pertumbuhan modal kerja akan naik drastis.
“Andaikan tenor modal kerja bisa lebih dari dua tahun, pertumbuhan bisa 40%,” kata Mulyadi kepada Kontan.co.id baru-baru ini.
Sekadar informasi, kontribusi pembiayaan modal kerja Indosurya tahun 2017 sebesar 15,5% dari total penyaluran pembiayaan. Angka itu setara dengan sekitar Rp 300 miliar. Dengan asumsi tidak ada perbaruan regulasi terkait tenor, Mulyadi melihat pertumbuhan pembiayaan modal kerja di tahun ini berkisar 15% sampai 25%.
Jika terdapat perbaruan POJK yang diharapkan Mulyadi, besar kemungkinan portofolio pembiayaan investasi akan turun karena semakin dominannya pembiayaan modal kerja Indosurya. Akan tetapi, Mulyadi masih yakin dengan potensi pembiayaan investasi di tahun ini. “Saya lihat, walaupun banyak yang bilang tahun politik, pengusaha tidak menunda investasi mereka untuk usaha,” jelasnya.
Di sisi lain, perusahaan pembiayaan syariah Amitra menilai pembiayaan modal kerja juga sebagai peluang besar. Akan tetapi, pihaknya mengaku belum siap terkait risiko pembiayaan di segmen tersebut. “Terus terang, kompetensi kita selama ini masih di motor, jadi tahun lalu masih membatasi di modal kerja,” kata Presiden Direktur Amitra, Zulkarnaen Prasetya.
Tahun lalu, Amitra telah menyalurkan pembiayaan modal kerja senilai Rp 200 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News