Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kredit sindikasi diperkirakan akan prospektif tahun ini setelah mengalami perlambatan pada tahun 2020 akibat tekanan pandemi Covid-19. Mulai dilakukannya vaksinasi Covid-19 di awal 2021 ini akan mendorong kepercayaan pasar melanjutkan pembahasan kredit sindikasi.
Kepala Divisi Sindikasi dan Solusi Korporasi BNI mengatakan prospek sindikasi diperkirakan akan membaik seiring dimulainya vaksinasi itu namun situasinya masih belum akan sama seperti tahun sebelum terjadinya Covid-19.
"Potensi kredit sindikasi di tahun 2021 masih akan didominasi oleh sektor infrastruktur (power plant dan jalan tol) serta pertambangan dan energi. BNI sendiri sudah memiliki pipeline yang diharapkan bisa closing melebihi signed pipeline tahun 2020," kata Rommel pada KONTAN, Senin (11/1).
Tahun ini, BNI menargetkan pembiayaan sindikasi naik dari 5% dari target 2020. Fee based income (FBI) dari sindikasi ini diharapkan bisa meningkat 13% dari target tahun lalu. Sepanjang 2020, bank ini mencatatkan kesepakatan kredit sindikasi senilai Rp 60 Triliun atau 98,2% dari target dan mengantongi FBI melebihi target yakni 104,7%.
Pandemi Covid-19 turut menekan pasar sindikasi tahun lalu. Berdasarkan Bloomberg League Table Reports Global Syndicated Loan, total kesepakatan pembiayaan sindikasi yang dibuat sepanjang 2020 hanya 65 proyek dengan nilai US$ 22,94 miliar atau sekitar Rp 323,5 triliun (dengan asumsi kurs Rp 14.100). capaian tersebut turun 15% dibandingkan tahun 2019 yang mencatatkan kesepakatan sindikasi senilai US$ 26,98 miliar dari 93 proyek.
Baca Juga: Pasca gagal akuisisi Bank Permata, Sumitomo Mitsui tengah mengincar bank lain
Tahun lalu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tercatat sebagai jawara dalam penyaluran kredit sindikasi baik dari sisi mandated lead arranger maupun dari sisi bookrunner. Bank ini berhasil mengambil alih posisi Bank Mandiri yang tahun sebelumnya tercatat sebagai jawara.
BNI menjadi mandated lead arranger di 18 proyek sindikasi dengan total mencapai US$ 3,5 miliar atau setara Rp 49,3 triliun. Perseroan juga berperan sebagai bookrunner di 15 proyek sindikasi dengan nilai US$ 2,82 miliar.
Namun, capaian BNI itu tercatat turun 9,5% dari tahun sebelumnya dimana perseroan menyalurkan sindikasi dan berperan sebagai mandated lead arranger di 35 proyek dengan nilai US$ 3,87 miliar.
Bank Mandiri harus turun ke peringkat kedua dengan total sindikasi dari sisi mandated lead arranger sebesar US$ 2,84 miliar yang berasal dari 24 proyek atau turun 26,7% dari tahun 2019 yang mencapai US$ 3,87 miliar. Di peringkat ketiga ada BRI dengan capaian senilai US$ 1,51 miliar dari 12 proyek sindikasi atau turun 38% dari tahun sebelumnya dan di peringkat keempat ada DBS dengan capaian US$ 1,28 miliar dari 16 proyek.
Sementara Maybank menyalurkan sindikasi dan sekaligus jadi mandated lead arranger di 7 proyek sindikasi senilai US$ 884,39 juta, BCA senilai US$ 709,62 juta dari sembilan proyek dan CIMB niaga sebanyak US$ 638,17 juta dari 11 proyek.