Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pendanaan dari lender perbankan di industri fintech peer to peer (P2P) lending atau pinjaman daring (pindar) meningkat 40,09% secara Year on Year (YoY), menjadi sebesar Rp 54,1 triliun per Juli 2025.
Menanggapi hal itu, fintech peer to peer (P2P) lending GandengTangan menilai peningkatan tersebut karena perbankan kemungkinan melihat fintech lending sebagai pihak yang dapat menyalurkan pembiayaan secara luas ke berbagai segmen, misalnya untuk sektor informal.
"Ada kemungkinan peningkatan pendanaan perbankan melalui industri fintech lending disebabkan kemampuan penyelenggara untuk menjangkau skema pembiayaan yang lebih luas, dibandingkan sektor perbankan secara langsung," ungkap Chief Operating Officer GandengTangan Darul Syahdanul kepada Kontan, Senin (8/9).
Baca Juga: Kasus Dugaan Kesepakatan Bunga Fintech Lending Masuk Persidangan, Ini Respons OJK
Darul mengatakan sejauh ini sumber pendanaan terbesar GandengTangan adalah perbankan. Namun, dia menyampaikan pihaknya belum mengalami peningkatan pendanaan yang signifikan dari perbankan sejauh ini.
Meskipun demikian, minat perbankan untuk terus mendanai lewat fintech lending tetap ada. Alhasil, Darul bilang GandengTangan baru saja menyelesaikan penandatangan kerja sama dengan salah satu bank umum swasta. Diharapkannya, kerja sama tersebut dapat meningkatkan penyaluran pendanaan ke depannya.
"Jika kerja sama tersebut berjalan maksimal, dapat berkontribusi hingga 25% dari total proyeksi outstanding kami," ujarnya.
Tak cuma itu saja, Darul mengungkapkan GandengTangan juga sedang mengupayakan untuk menjalin kerja sama dengan satu bank swasta lagi sebelum akhir tahun ini. Selain itu, dia menyebut perusahaan akan terus membuka peluang sebesar-besarnya untuk menjalin kerja sama dengan pihak perbankan ke depannya.
Sementara itu, Darul menerangkan GandengTangan juga melakukan upaya untuk tetap menjaga kepercayaan perbankan. Upayanya, yakni GandengTangan menjalankan skema pembiayaan closed loop lewat platform mitra, sehingga dapat menekan risiko gagal bayar sekecil mungkin.
"Skema itu diharapkan kami dapat menarik perbankan untuk berkolaborasi dan meluaskan dampak pembiayaan bagi seluruh masyarakat," kata Darul.
Sebelumnya, OJK juga menerangkan pendanaan lender perbankan per Juli 2025 memakan porsi sebesar 63,9% terhadap total outstanding pendanaan industri fintech lending. Adapun outstanding pendanaan fintech P2P lending secara total mencapai Rp 84,66 triliun per Juli 2025. Nilainya tumbuh 22,01% secara YoY.
Sementara itu, OJK mencatat tingkat risiko kredit macet secara agregat atau TWP90 fintech P2P lending per Juli 2025 masih dalam kondisi terjaga. TWP90 per Juli 2025 tercatat sebesar 2,75%. Adapun angka TWP90 per Juli 2025 tercatat meningkat, jika dibandingkan posisi Juli 2024 yang sebesar 2,53%.
Namun, angka TWP90 per Juli 2025 terbilang membaik, jika dibandingkan dengan posisi Juni 2025 yang sebesar 2,85%.
Baca Juga: Pendanaan Perbankan ke Fintech Lending Melonjak Signifikan
Selanjutnya: Kewajiban Neto PII Indonesia Naik, Ekonom Ingatkan Risiko Ketergantungan Modal Asing
Menarik Dibaca: 5 Khasiat Minum Cuka Apel untuk Diet Menurunkan Berat Badan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
