Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan mengoptimalkan pendapatan non bunga saat bunga acuan berada di puncaknya hingga bisa tumbuh dua digit. Namun, volatilitas nilai tukar rupiah menekan pendapatan berbasis komisi dari lini bisnis Foreign Exchange Trading, Revaluation & Derivatives.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan pendapatan non bunga sebesar Rp 9,73 triliun hingga Maret 2023. Sehingga pendapatan non bunga ini berkontribusi 29,3% terhadap total pendapatan di kuartal 1-2023, naik tipis dari posisi yang sama tahun lalu 29,1%.
“Pendapatan non bunga itu tumbuh 12,6% year on year (YoY) dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,85 triliun,” ujar Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo belum lama ini.
Bila dirinci lebih jauh, layanan digital yang dilakukan oleh Bank Mandiri ikut mendorong pendapatan berbasis komisi. Inisiatif Livin’, SMS, dan internet banking misalnya membukukan pendapatan sebesar Rp 444 miliar, naik 11,0% YoY dari posisi yang sama senilai Rp 400 miliar.
Adapun pendapatan komisi dari platform KOPRA tumbuh 11,7% YoY dari Rp 512 miliar menjadi Rp 565 miliar di kuartal 1-2023. Lalu komisi dari layanan kartu kredit naik 18,7% YoY menjadi Rp 349 miliar dan terkait deposito dan remitansi naik 13,3% YoY menjadi Rp 990 miliar.
Baca Juga: Ekspansi Kredit Melonjak, LDR Bank Jago Mencapai Level 117%
Akan tetapi, pendapatan berbasis komisi dari layanan Foreign Exchange dan derivatives hanya Rp 420 miliar. Mengalami penurunan 48,8% YoY dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 820 miliar.
Sedangkan PT Bank Central Asia Tbk mencatatkan pendapatan selain bunga tumbuh 5,6% YoY menjadi Rp 6,3 triliun, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 6,9% YoY. Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp 24,8 triliun atau naik 21,5% YoY.
“Imbal hasil yang lebih tinggi dari penempatan dana pada obligasi negara sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional, serta kenaikan pendapatan fee dan komisi selaras dengan peningkatan jumlah transaksi,” papar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja.
Jahja menjelaskan pada kuartal I 2023, total volume transaksi BCA naik 27,3% YoY mencapai 6,9 miliar transaksi. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh perluasan kanal online dan offline yang konsisten melalui investasi di multi-channels, serta pertumbuhan basis nasabah. Khusus di kanal digital, volume transaksi mobile banking dan internet banking.
Begitu pun dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengakui pendapatan berbasis komisi menjadi salah satu penopang kinerja keuangan dalam tiga bulan pertama 2023. BRI mampu membukukan Fee Based Income (FBI) yang tumbuh 11,45% YoY atau mencapai senilai Rp5,08 triliun.
“Pencapaian FBI tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah Agen BRILink yang per Maret 2023 telah mencapai lebih dari 650.000 agen dengan total nilai transaksi sebesar Rp 325,65 triliun, serta kenaikan jumlah transaksi finansial BRImo yang mencapai 99,07% YoY dengan total nilai transaksi mencapai Rp884 triliun dan jumlah pengguna yang mencapai lebih dari 26,3 juta user pada akhir kuartal I 2023”, ungkap Direktur Utama BRI Sunarso.
Bila dilihat lebih jauh, pendapatan dari bisnis Foreign Exchange juga hanya Rp 222 miliar di Maret 2023. Nilai itu mengalami penurunan 46,1% YoY dari posisi yang sama senilai Rp 411 miliar.
Namun lain halnya dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang mengalami penurunan pendapatan non bunga hingga 19,7% YoY dari Rp 4,03 triliun menjadi Rp 3,23 triliun di Maret 2023. Ini terjadi karena penurunan pada lini bisnis Foreign Exchange Trading, Revaluation & Derivatives 67,7% YoY menjadi Rp 191 miliar.
Begitu pun pada bisnis Marketable securities mengalami penurunan 74,4% YoY menjadi Rp 223 miliar di kuartal 1-2023.
Namun pada lini bisnis lainnya, BNI berhasil melipatgandakan pendapatan berbasis komisi seperti dari bisnis konsumer pembayaran tagihan alias PPOB dan Bill Payment yang naik 41,0% YoY dan dari sindikasi yang naik 77,2% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News