Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Penyaluran kredit modal kerja di perbankan tumbuh signifikan pada paruh pertama tahun 2024. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), segmen kredit modal kerja meningkat 10,9% secara tahunan (year on year/yoy) per Juni 2024.
Secara umum, perkembangan segmen kredit modal kerja tersebut bersumber dari pertumbuhan sektor keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan, serta Pertambangan dan Penggalian.
Sejalan dengan itu, sejumlah bank umum juga mencatatkan realisasi peningkatan kredit modal kerja pada semester I-2024. Seperti PT Bank Mandiri Tbk misalnya, sebagai bank yang memiliki fokus bisnis di segmen wholesale banking, bank pelat merah ini telah menyalurkan kredit modal kerja Rp 447,49 triliun, tumbuh 23,64% yoy.
Baca Juga: Subsidi Bunga KUR di 2025 Susut Jadi Rp 38,28 Triliun, Ini Kata Pemerintah
Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman mengatakan, permintaan kredit modal kerja di Bank Mandiri terus mencatatkan perbaikan pertumbuhan ini sejalan dengan tren bisnis pelaku usaha yang meningkat, permintaan kredit modal kerja di Bank Mandiri juga terus mencatatkan perbaikan.
"Realisasi tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju kredit modal kerja secara industri yang naik 10,9% yoy pada periode Juni 2024 menurut data Bank Indonesia (BI)," ungkap Ali kepada Kontan belum lama ini.
Lebih lanjut Ali mengatakan, sebagai agen perubahan, penyaluran kredit modal kerja Bank Mandiri tidak hanya disalurkan ke pelaku usaha di segmen wholesale saja, namun juga bagi segmen UMKM.
Baca Juga: Subsidi Bunga KUR di 2025 Susut Jadi Rp 38,28 Triliun, Ini Kata Pemerintah
Dalam mempertahankan kinerja kredit yang solid, Ali menyebut pihaknya akan terus menjaga kualitas kredit dan aset dengan fokus pada sektor-sektor yang resilien bagi seluruh segmen pelaku usaha untuk memicu multiplier effect ke seluruh sektor ekonomi di Indonesia.
"Kami optimis sampai dengan akhir tahun pertumbuhan kinerja kredit Bank Mandiri masih akan tetap tumbuh, tentunya dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian guna mencapai pertumbuhan yang positif," ungkap Ali.
Senada, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga mencatatkan realisasi penyaluran kredit ke segmen modal kerja tumbuh dua digit, sebesar 12% yoy mencapai Rp 382,50 triliun, atau sekitar 45% dari total kredit disalurkan BCA pada semester I-2024.
Baca Juga: Transaksi Tarik Tunai Menggunakan Kartu Kredit di Sejumlah Perbankan Terus Tumbuh
EVP Corporate and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn mengatakan, kontributor terbesar bagi pertumbuhan kredit modal kerja BCA tersebut bersumber dari sektor mineral dan jasa keuangan.
"Kami berharap pertumbuhan kredit di 2024, termasuk kredit modal kerja, masih akan mencatatkan pertumbuhan positif. Di tahun 2024, kami menargetkan pertumbuhan total kredit sebesar 9%-10%," ungkap Hera.
Ditopang likuiditas yang memadai, BCA optimistis mencapai target tersebut dengan tetap mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang disiplin.
Adapun PT Bank Oke Indonesia Tbk juga mencatatkan penyaluran kredit modal kerja pada semester I-2024.
"Sampai dengan bulan Agustus 2024 kredit modal kerja mengalami kenaikan sekitar 10%, kontribusinya berasal dari commercial loan dan loan to financial institution," ungkap Efdinal kepada Kontan
Baca Juga: Dorong Transaksi Perbankan, BNI Jalin Kemitraan dengan Bappenas
Lebih lanjut, Efdinal mengatakan, jika ekonomi tumbuh, perusahaan atau debitur akan lebih banyak membutuhkan kredit untuk memperluas usaha atau meningkatkan produksi.
Selain itu adalah sektor-sektor produktif yang mengalami pertumbuhan, akan peningkatan permintaan kredit dari sektor-sektor tersebut.
Jika suku bunga rendah dan likuiditas tinggi, maka kredit modal kerja lebih mudah diakses. Ke depan, strategi Bank Oke yang dilakukan untuk mendorong kredit modal kerja antara lain kredit yang fleksibel, seperti tenor yang disesuaikan kebutuhan, bunga yang kompetitif, dan struktur pembayaran yang memudahkan perusahaan.
"Selanjutnya mengidentifikasi sektor-sektor yang berkembang dan memiliki potensi besar, dan menawarkan produk khusus atau program pembiayaan yang dirancang untuk kebutuhan spesifik sektor tersebut," ungkapnya.
Baca Juga: Jumlah Kantor Cabang Perbankan Terus Menyusut, Bank BUMN Paling Banyak
Adapun, dengan adanya ketidakpastian ekonomi seperti risiko resesi atau inflasi tinggi, Efdinal menyebut perusahaan/debitur mungkin lebih memilih untuk menahan diri dari pengeluaran tambahan, termasuk mengambil kredit baru.
Selanjutnya, risiko kredit yang tinggi dan kekhawatiran terhadap potensi kredit macet dapat membuat bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit.
"Kompetisi kompetisi yang ketat dari lembaga keuangan lain, termasuk fintech dan bank besar, yang mungkin menawarkan syarat lebih baik atau layanan yang lebih inovatif, juga merupakan tantangan untuk Bank dalam menyalurkan kredit modal kerja," ungkap Efdinal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News