Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan di sektor konstruksi tengah dalam tren perlambatan, setelah sebelumnya terkontraksi sejak awal tahun 2024.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit konstruksi hanya tumbuh 0,2% secara tahunan (year on year/yoy) per Oktober 2024 dengan nilai kredit mencapai Rp 393,3 triliun, lebih rendah dari pertumbuhan bulan September yang sebesar 1,2% yoy dengan nilai kredit Rp 402,3 triliun.
Sejumlah bankir tanah air juga membenarkan adanya penurunan kredit konstruksi, hal ini lantaran mayoritas proyek pembangunan infrastruktur nasional tidak bergantung pada pinjaman perbankan. Di sisi lain pihak swasta terutama emiten konstruksi juga lebih memilih memakai modalnya dalam melakukan ekspansi usahanya.
Baca Juga: Industri Logam Pendukung Sektor Konstruksi Perluas Pasar Ekspor
Direktur Utama PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB), Yuddy Renaldi menyatakan, kredit khususnya jika dilihat dari sektor ekonominya, memang sejalan dengan industri sektor konstruksi mengalami perlambatan.
"Di akhir tahun sektor ini cenderung melambat di BPD, apalagi terkait dengan pekerjaan yang dibiayai oleh APBN/APBD dimana akhir tahun anggaran seluruh pekerjaan harus sudah selesai termasuk pembayarannya," ungkap Yuddy kepada Kontan, Senin (2/12).
Yuddy menyebut, di BJB sendiri jika dibandingkan dengan tahun lalu perlambatannya sudah mencapai 1,8% yoy. Sedangkan dari komposisinya, kredit BJB pada sektor ini sebesar 27,4% dari total kredit yang disalurkan bank.
Di sisi lain, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) selaku bank yang berfokus pada sektor properti dan perumahan juga mencatatkan penurunan kredit pada sektor ini.
Baca Juga: Dolar AS Perkasa, Sektor Konstruksi dan Infrastruktur Terkulai
Corporate Secretary BTN, Ramon Armando menyatakan, penyaluran kredit konstruksi BTN mencapai Rp 18,27 triliun per September 2024, menurun 5,1% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Penurunan ini karena BTN tengah melakukan reprofiling terhadap portofolio kredit konstruksinya, agar lebih berfokus kepada rumah tapak (landed house) dan proyek perumahan high-rise atau hunian vertikal dengan konsep transit oriented development (TOD)," ungkap Ramon kepada Kontan, Senin (2/12).