kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Penyaluran Pembiayaan Buy Now Pay Later Tembus Rp 36,24 Triliun per Februari 2025


Sabtu, 19 April 2025 / 06:45 WIB
Penyaluran Pembiayaan Buy Now Pay Later Tembus Rp 36,24 Triliun per Februari 2025
ILUSTRASI. Industri pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) mencatat pertumbuhan solid hingga awal tahun ini, mencapai Rp 36,24 triliun per Februari 2025. KONTAN/Baihaki/20/3/2025


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) mencatat pertumbuhan solid hingga awal tahun ini. PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) mencatat total penyaluran pembiayaan BNPL mencapai Rp 36,24 triliun per Februari 2025 atau tumbuh 27,65% secara tahunan (YoY).

Direktur Utama IdScore, Tan Glant Saputrahadi mengatakan bahwa lonjakan ini turut dipicu oleh ekspansi agresif bank umum, khususnya Bank BUKU IV, ke sektor paylater sejak Oktober 2023. 

Portofolio kredit BNPL dari segmen perbankan meningkat dari Rp5,5 triliun pada Februari 2024 menjadi Rp8,4 triliun pada Februari 2025, atau tumbuh 52,85% YoY.

Baca Juga: Permintaan Paylater Naik, Kredit Macet Terdongkrak

"Alasan paylater lebih menjadi primadona adalah fleksibilitas dan kenyamanan, penawaran promo menarik, kemudahan instan approval, ui/ux yang menarik bagi target kalangan muda, terintegrasi online merchant," ujarnya kepada Kontan, Rabu (16/4).

Namun, di tengah pertumbuhan tersebut, risiko pembiayaan bermasalah juga mengalami peningkatan. Rasio non-performing financing (NPF) sektor BNPL naik menjadi 4,02% per Februari 2025, setelah sempat menyentuh level terendah 3,21% pada November 2024.

Baca Juga: Pemain Paylater Masih Sulit Ekspansi ke Luar Jawa

Tan menjelaskan bahwa kenaikan NPF tersebut dipicu oleh meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang Lebaran, yang menyebabkan prioritas pembayaran cicilan menurun.

Padahal sebelumnya, tren penurunan NPF terjadi seiring pemberlakuan SEOJK No. 19/SEOJK.05/2023, yang membatasi masyarakat memiliki maksimal tiga pinjaman aktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×