kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   10.000   0,66%
  • USD/IDR 16.290   15,00   0,09%
  • IDX 6.995   17,92   0,26%
  • KOMPAS100 1.046   4,27   0,41%
  • LQ45 822   3,50   0,43%
  • ISSI 213   0,26   0,12%
  • IDX30 418   0,95   0,23%
  • IDXHIDIV20 504   0,32   0,06%
  • IDX80 119   0,56   0,47%
  • IDXV30 124   -0,37   -0,29%
  • IDXQ30 139   0,14   0,10%

Perbankan Singapura Tawarkan Suku Bunga Tinggi, Bagaimana Likuiditas Valas Indonesia?


Minggu, 09 Oktober 2022 / 13:44 WIB
Perbankan Singapura Tawarkan Suku Bunga Tinggi, Bagaimana Likuiditas Valas Indonesia?
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU


Reporter: Maizal Walfajri, Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan Indonesia telah menaikkan bunga simpanan valuta asing (valas) sebulan terakhir.

Kebijakan ini seiring dengan kenaikan bunga Bank Indonesia (BI). 

Kenaikan suku bunga tabungan valas ini membuat, simpanan dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan ikut naik di saat mata uang Dolar AS kian perkasa.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memantau pada 22 Agustus hingga 16 September 2022 perkembangan suku bunga pasar (SBP) simpanan valas terpantau naik sebesar 20 bps menjadi sebesar 0,44%. 

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, ini sebagai dampak ekspektasi kenaikan suku bunga kebijakan the Fed dan kondisi likuiditas valas dengan ruang lanjutan peningkatan cukup terbuka pasca The Federal Open Market Committee (FOMC) September 2022.

Baca Juga: Bunga Mekar, Simpanan Valas Bank Membesar

Adapun data BI mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan masih meningkat 12,1% year on year (yoy) menjadi Rp 1.049,6 triliun per Agustus 2022. 

Jauh lebih tinggi dari pertumbuhan DPK rupiah yang hanya naik 7,6% menjadi Rp 6.305,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan jumlah DPK valas di perbankan Indonesia ini tentu cukup melegakan di tengah likuiditas valas global yang sedang mengering.

Seperti yang terjadi di Perbankan Singapura sedang haus dana alias likuiditas.  

Perbankan Singapura mulai menawarkan suku bunga tabungan yang lebih tinggi dari kondisi normal, bahkan tertinggi sejak 24 tahun terakhir atau krisis 1998. 

Saat ini perbankan tengah gencar melakukan promosi untuk menggaet nasabah. 

Baca Juga: Bank Mulai Batasi Kredit dalam Dollar Amerika

Mengutip www.channelnewsasia.com menyebutkan perbankan juga agresif menawarkan KPR ini. Misalnya tawaran paket KPR UPB Fired The Firs Salvo yang berlangsung sejak Senin 3 Oktober. 

Suku bunga yang ditawarkan sudah naik tinggi mulai Oktober 2022. 

Sementara Maybank menawarkan suku bunga tetap untuk deposito jangka waktu 12 bulan dengan penawaran suku bunga tertinggi sebesar 3% per tahun. 

Adapun penawaran serupa dari OCBC, UOB, RHB, HSBC, dan Standard Chartered Bank rerata di kisaran 2,65% sampai 2,9%. 
Suku bunga deposito yang ditawarkan oleh perbankan Singapura ini juga mencatat tertinggi sejak 24 tahun terakhir.

Baca Juga: OJK Minta Lembaga Jasa Keuangan Cermati Eksposur Valas

Sedangkan penawaran suku bunga deposito berjangka 12 bulan tertinggi terjadi pada saat krisis 1998 yakni sebesar 3% di bulan November 1998. 

Berdasarkan catatan the Monetary Authority of Singapore pada saat itu perbankan menawarkan suku bunga deposito tertinggi sebesar 3,11%. 

Di luar deposito 12 bulan, tarif promosi untuk jangka waktu 15 bulan masing-masing naik menjadi 3% di UOB dan 3,05% di Maybank.  

Sementara RHB menawarkan pengembalian hingga 3,2%  bagi nasabah yang bersedia memarkir uang tunai mereka untuk periode yang sedikit lebih lama, yakni selama 24 bulan. 

Ada lebih banyak pilihan bagi konsumen yang melihat durasi kurang dari satu tahun. Bank lain seperti UOB, Maybank, RHB dan HSBC menawarkan berbagai tenor mulai dari empat hingga 10 bulan dengan tingkat return 2,9% per tahun. 

Promosi suku bunga direvisi setiap bulan, datang ketika bank sentral global melakukan perlombaan kenaikan suku bunga untuk memerangi inflasi yang melonjak. 

“Karena kekhawatiran terhadap inflasi mendesak, kecepatan kenaikan (suku bunga) juga cepat, sehingga Anda dapat mengamati seberapa cepat bank-bank mengikuti,” kata Tan Chin Yu, senior advisor di Providend.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×