Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat kredit perbankan masih mengalami kontraksi pada April 2021 sebesar 2,28% year on year (yoy) meskipun kondisi likuiditas sangat longgar dan suku bunga kredit telah turun.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, masih lambatnya penyaluran kredit disebabkan oleh belum kuatnya permintaan kredit dari dunia usaha dan masih relatif tingginya persepsi risiko kredit dari perbankan.
"Kredit perbankan diperkirakan akan mengalami peningkatan mulai triwulan II 2021 sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, semakin membaiknya kinerja korporasi, serta semakin melonggarnya indeks lending standar dari perbankan," kata Perry dalam konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur, Selasa (25/5).
Pada tahun 2021, BI tetap mempertahankan perkiraan kredit perbankan akan tumbuh 5%-7%. Agar target ini bisa dicapai, kata Perry, BI akan terus memperkuat transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan serta koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas, termasuk kredit kepada UMKM.
Baca Juga: Permudah nasabah, PermataBank rilis layanan tarik tunai gratis di gerai Indomaret
BI melihat kondisi likuiditas perbankan lebih dari cukup. Hal itu tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi yakni 33,67% dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 10,94% (yoy).
Suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan likuiditas yang masih longgar mendorong suku bunga kredit perbankan terus menurun walaupun masih terbatas.
Di pasar uang dan pasar dana, suku bunga PUAB overnight dan suku bunga deposito perbankan telah menurun, masing-masing sebesar 155 bps (yoy) dan 196 bps (yoy) menjadi 2,79% dan 3,76% pada Maret 2021.
Di pasar kredit, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan telah menurun sebesar 174 bps (yoy) menjadi 8,9% pada Maret 2021. Kelompok Bank BUMN mencatatkan penurunan SBDK yang paling dalam di antara kelompok bank lainnya yaitu sebesar 270 bps (yoy) pada Maret 2021, sementara SBDK kelompok bank lainnya masih menurun secara terbatas.
Namun di sisi lain, penurunan SBDK tersebut belum diikuti dengan penurunan suku bunga kredit baru secara sepadan yaitu hanya menurun sebesar 59 bps (yoy) pada periode yang sama. Berdasarkan kelompok bank, kelompok BPD, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan bank BUMN mencatatkan penurunan suku bunga kredit baru yang masih sangat rendah, yaitu masing masing sebesar 34 bps (yoy), 52 bps (yoy) dan 55 bps (yoy).
Sementara itu, lanjut Perry, kelompok Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) mengalami penurunan suku bunga kredit baru paling signifikan yaitu sebesar 158 bps (yoy).
Hal tersebut mendorong suku bunga kredit baru untuk kelompok BPD dan BUSN berada pada level tertinggi dibanding kelompok bank lainnya yaitu masing-masing sebesar 10,05% dan 9,32%. Sementara itu, suku bunga kredit baru bank BUMN dan KCBA tercatat masing-masing sebesar 8,70% dan 5,34%.
Selanjutnya: Ini faktor penyebab turunnya penyaluran kredit BRI pada awal tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News