kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Porsi kredit pengolahan Bank Mandiri capai 21,3%


Senin, 01 Desember 2014 / 13:48 WIB
Porsi kredit pengolahan Bank Mandiri capai 21,3%
ILUSTRASI. Bengkuang bermanfaat mencegah dehidrasi.


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Bank Mandiri menegaskan pihaknya berkomitmen mendukung perkembangan industri pengolahan demi meningkatkan daya saing industri nasional. Ini terlihat dari porsi kredit industri pengolahan di Bank Mandiri yang telah mencapai 21,3% dari total kredit di kuartal III lalu.

Rino Bernando, Ekonom Senior Bank Mandiri mengatakan, industri perbankan selalu berupaya untuk mendukung perkembangan sektor riil dan daya saing industri nasional.

"Ini terbukti rata-rata pertumbuhan tahunan kredit industri pengolahan nasional sebesar 25% yoy (tahun 2012-September 2014), berada diatas pertumbuhan total kredit nasional yang sebesar 19,3% yoy," kata Rino, Senin (1/12).

Hingga September 2014, Bank Mandiri menyalurkan kredit ke sektor industri pengolahan sebesar Rp 96,1 triliun atau tumbuh 8% secara year on year (yoy). "Nilai tersebut setara dengan 21,3% dari total portofolio kredit Bank Mandiri pada akhir September 2014," ujar Rino.

Rino menegaskan Bank Mandiri cukup concern dalam pengembangan industri pengolahan. Itu sebabnya di akhir September 2014, share kredit industri pengolahan terhadap total kredit di Bank Mandiri sebesar 21,3%. “Porsi ini lebih besar dibandingkan share kredit industri pengolahan terhadap total kredit di perbankan nasional,” imbuh Rino.

Kedepan, Rino berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mendorong subtitusi impor dan peningkatan ekspor industri pengolahan. Menurutnya ada tiga strategi utama yang bisa ditempuh.

Pertama, substitusi impor produk manufaktur yang memiliki share impor dan ekspor tinggi seperti industri komponen elektronik dan kendaraan. Kedua, subtitusi impor produk manufaktur induk dengan kandungan impor tinggi meliputi industri yaitu industri baja, industri petrokimia dan industri pengilangan minyak.

Dan ketiga, peningkatan ekspor komoditas yang berdaya saing tinggi namun memiliki kandungan impor tinggi serta penyerap tenaga kerja tinggi meliputi industri makanan & minuman, tekstil, dan alas kaki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×