Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan Rencana Bisnis Bank (RBB) 2017. Industri perbankan masih optimistis rasio kecukupan modal bakal meningkat akhir tahun ini. Rata-rata industri perbankan mematok Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di posisi 21,34% pada tahun ini. Jumlah tersebut berada di bawah realisasi tahun lalu yakni 23,04%.
Kepala Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis OJK, Sukarela Batunanggar mengatakan, sejauh ini OJK menilai rasio kecukupan modal masih stabil dan dinilai masih mampu untuk menahan tekanan risiko kredit.
"Ketahanan perbankan ditopang oleh modal yang baik, CAR 23,2% (Januari 2017). Artinya capital buffer masih bisa mengcover mulai dari modal sesuai profil risiko, capital surcharge untuk nantinya diterapkan ke bank berdampak sistemik," jelasnya, Kamis (23/3).
Selain dari rasio kecukupan modal, perbankan juga yakin rasio kredit berbanding penerimaan dana atau Loan to Deposit Ratio (LDR) mampu terjaga meski ada kecenderungan meningkat. RBB 2017 mencatat rata-rata perbankan memasang target LDR di level 94,18%. Jumlah itu meningkat cukup tinggi jika dibandingkan realisasi akhir 2016 sebesar 90,70%. Adapun berdasarkan data OJK, per akhir Januari 2017 tercatat LDR berada di level 89,59%.
Hal ini dikarenakan, industri perbankan mayoritas mematok tinggi pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK). Pasalnya dalam RBB 2017, rata-rata perbankan optimis kredit mampu tumbuh 13,25% disusul dengan DPK 11,94% pada akhir tahun ini.
Padahal kenyataannya, OJK mencatat, saat ini pertumbuhan jumlah DPK masih terlampau jauh di atas kredit yakni mencapai 10,04%, sementara kredit naik 8,28% per Januari 2017. "Pertumbuhan kredit dan DPK dibanding 2016 tumbuh lebih baik, tetapi di beberapa bulan terakhir memang LDR mulai naik dan ini jadi perhatian, meski levelnya masih di bawah toleransi," papar Sukarela.
Selain itu, OJK juga mengatakan dengan ekspektasi kredit yang dipatok tinggi tahun ini, dikhawatirkan hal tersebut berpotensi menekan likuiditas.
Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk (Mayapada) mengatakan pihaknya tetap yakin target tahun ini akan dapat tercapai. Pasalnya, bank berkode saham MAYA ini mematok target kenaikan DPK cukup tinggi sebesar 15% hingga 17%.
Haryono menambahkan, per akhir bulan Maret 2017, pihaknya optmistis kredit dapat meningkat di atas 5% secara tahunan (yoy), sementara untuk DPK per akhir kuartal I ini dipatok naik 7%. "Sementara LDR saat ini posisinya sekitar 83%," tuturnya kepada KONTAN, Kamis (23/3).
Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan bulan Februari 2017, kredit Bank Mayapada tumbuh 35,25% menjadi Rp 48,34 triliun. Sementara DPK naik 31,55% menjadi Rp 56,63 triliun dibandingkan Februari 2016 sebesar Rp 43,05 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News