kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Genjot digital banking, bank rogoh modal triliunan


Rabu, 15 Maret 2017 / 14:47 WIB
Genjot digital banking, bank rogoh modal triliunan


Reporter: Dikky Setiawan, Galvan Yudistira, Nina Dwiantika | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Ini hasil survei McKinsey.Co. Konsumen digital banking di Asia, termasuk Indonesia, akan melonjak tajam dari 670 juta orang pada 2016 menjadi 1,7 miliar juta orang pada 2020. Proyeksi lembaga riset asal Amerika Serikat (AS) itu tentu bukan tanpa dasar.

Seiring berkembangnya teknologi informasi (TI) dan komunikasi, pelanggan jasa keuangan, khususnya perbankan, mulai lebih sering menggunakan perangkat digital, seperti komputer, smartphone atau komputer tablet ketika memanfaatkan layanan perbankan. 

Walhasil, perkembangan dunia digital yang begitu pesat dalam beberapa tahun terakhir membuat perbankan mulai berbenah diri meningkatan peralatan TI dalam memacu roda bisnisnya. Bahkan, sejumlah bank berani jorjoran mengucurkan dana investasi untuk menggenjot bisnis digital banking

Kantor baru BRI digital

Salah satunya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Di tahun ini, BRI menganggarkan dana Rp 2,4 triliun. Dana segede gaban ini akan digunakan BRI untuk pengembangan digital banking. Pengembangan digital banking ini, salah satunya untuk melengkapi fitur mobile dan internet banking

Beberapa sistem pendukung digital banking, di antaranya perangkat keras untuk peralatan TI, seperti mesin hibrid, automatic teller machine (ATM) dan electronic data capture (EDC). Selain itu, belanja modal juga untuk mengintegrasikan perangkat keras, jaringan dan aplikasi digital banking.

Dan, sebagai wujud keseriusan mengembangkan digital banking, Kamis pekan lalu (9/3), BRI kembali membuka kantor cabang digital bertajuk BRI Digital di Kota Kasablanka, Jakarta. BRI Digital di Kota Kasablanka ini merupakan kantor cabang digital ke-12. Jadi, saat ini BRI sudah memiliki 12 kantor cabang digital yang tersebar di beberapa kota besar. 

“Di antaranya Jakarta, Depok, Tangerang, Medan, Yogya, Makassar, dan Manado,” ujar Asmawi di acara peresmian BRI Digital Kota Kasablanka, Kamis (9/3). 

Asmawi menargetkan, sampai akhir 2017, BRI bisa membangun 25 kantor cabang digital. Untuk membangun kantor cabang BRI Digital, bank pelat merah ini akan berinvestasi Rp 1 miliar–Rp 5 miliar per cabang.

Dengan asumsi tiap cabang butuh investasi Rp 5 miliar, maka pengembangan 25 kantor cabang BRI Digital akan menelan biaya Rp 125 miliar. Tentu, ini belum memperhitungkan biaya perawatan dan operasional.

BRI Digital dilengkapi dengan perangkat ATM, cash recycling machine (CRM), teller cash recycle (TCR), hybrid machine, PC Online Banking dan Self Service Passbook Printer.

Selain itu, terdapat perangkat video banking untuk layanan pembukaan rekening dan penanganan keluhan nasabah. ATM, CRM, TCR, PC Online Banking dan Self Service Passbook Printer dapat dimanfaatkan nasabah untuk transaksi setor tunai, tarik tunai dan pembayaran.

Selain BRI Digital yang merupakan kantor cabang khusus yang diprioritaskan untuk generasi milenial, BRI juga mengembangkan gerai digital. Gerai digital ini lebih ditujukan untuk pendukung digital beberapa kantor cabang ibukota kabupaten. Kini BRI mempunyai 100 gerai digital. Sampai akhir 2017, ditargetkan ada 200 gerai digital di beberapa kabupaten.

Asmawi berharap, dengan adanya kantor cabang digital akan meningkatkan dana murah dan pendapatan nonbunga BRI. Asmawi menargetkan pertumbuhan berbasis komisi atau fee based income dan dana murah (CASA) akan lebih baik dibandingkan tahun 2016.

Sebagai gambaran, pada 2016, fee based income BRI meningkat 25,3% menjadi Rp 9,2 triliun. CASA BRI pada 2016, porsinya sekitar 59% dari total DPK.

Bank pelat merah lainnya yang juga menyiapkan dana besar untuk investasi pengembangan digital banking adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Bank yang berdiri pada 5 Juli 1946 ini menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) lebih dari Rp 1 triliun pada 2017. Dana investasi itu sebesar 50% bakal digunakan BNI untuk pengembangan TI digital dan 50% nondigital.

Bob Tyasika Ananta, Direktur Perencanaan dan Operasional BNI, mengatakan, sebagian anggaran capex perseroannya pada tahun ini akan diinvestasikan untuk belanja peralatan teknologi, seperti hardware, software, aplikasi, dan infrastruktur jaringan lain. “Kami kembangkan digital banking dengan investasi di infrastruktur teknologi,” kata Bob kepada Tabloid KONTAN.

Bob menjelaskan, pihaknya perlu mengembangkan teknologi digital banking untuk menyesuaikan perilaku sebagian masyarakat di tanah air dalam melakukan transaksi jasa keuangan yang sudah mengarah ke tren digital. “Pengembangan digital banking ini harus BNI lakukan sebagai antisipasi agar tidak ketinggalan,” imbuh dia. 

Selain itu, lanjut Bob, saat ini masih banyak masyarakat kita yang belum tersentuh bank. Padahal, kehidupan sehari-hari mereka sudah tersentuh oleh berbagai perangkat teknologi seperti smartphone dan komputer. “Jadi, jangan heran jika saat ini banyak masyarakat yang punya handphone, tapi belum tersentuh bank. Segmen ini yang kami bidik dalam bisnis digital banking,” papar Bob.   

Untuk itu, pada akhir Februari lalu, BNI meluncurkan produk digital melalui program Digination BNI. Dengan program tersebut, kata Bob, BNI menawarkan kemudahan layanan transaksi bagi nasabahnya. BNI Digination merupakan gerakan di seluruh wilayah untuk membantu percepatan literasi transaksi keuangan secara digital. 

Bob menjelaskan, lewat Digination BNI, nasabah akan memperoleh berbagai informasi seputar produk BNI melalui aplikasi. Di antaranya, produk UNIQKU, BNI Kredit Digital (Digital Loan), BNI Vision, BNI e-Collection, BNI Digital Services, sampai Dashboard Bansos.

Kredit daring

Selain itu, program Digination juga meliputi layanan anak perusahaan BNI. Adapun produk-produk digital lainnya dari anak perusahaan BNI, antara lain Kredit dan Asuransi Mikro Agen46 yang didukung BNI Life, E-SMART dari BNI Securities, dan Hasanah Lifestyle Banking dari BNI Syariah.

SEVP Digital Banking BNI Dadang Setiabudi menimpali, melalui digital banking, BNI telah memiliki produk digital loan, yaitu pemberian kredit secara daring dengan plafon hingga Rp 5 miliar.

BNI telah menyalurkan kredit secara daring Rp 4 triliun pada 2016. Pada tahun ini, BNI menargetkan kredit daring bisa naik Rp 2 triliun dari tahun lalu. Adapun, jumlah kredit daring Rp 4 triliun itu, sebagian penyaluran kredit secara digital murni dan sebagian lain secara semidigital.

Dadang bilang, saat ini segmen kredit yang disalurkan secara daring oleh BNI adalah kredit mikro dan kredit usaha rakyat (KUR) dengan plafon di bawah Rp 25 juta. “Pengajuan kredit dapat secara online, namun nasabah tetap harus ke cabang terdekat untuk verifikasi data,” jelasnya.

Dalam pengembangan digital banking, bank pelat merah ini akan mengembangkan platform branchless banking melalui agen-agen BNI. Misalnya, BNI akan bekerja sama dengan perusahaan e-commerce untuk penambahan layanan di agen-agen BNI. Gambarannya, nasabah dapat berbelanja produk di e-commerce kemudian membayar produk di agen BNI.

Rencananya, BNI akan bekerja sama dengan sekitar lima perusahaan e-commerce papan atas pada semester I-2017. BNI akan menambah 50.000 agen di akhir 2017 dari posisi akhir 2016 sejumlah 35.000 agen. 

Selain memperbanyak jumlah agen, Bob menuturkan, pihaknya akan menambah kantor cabang di tahun ini. Sayang, Bob enggan menyebutkan target penambahan kantor cabang BNI tahun ini. Yang jelas, kata dia, jumlahnya akan bertambah dibandingkan tahun lalu yang sekitar 1.900 kantor cabang di seluruh Indonesia. 

Dengan infrastruktur TI, BNI berharap, bisnis pengembangan digital banking akan berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan, antara lain dari pendapatan komisi. Di 2017, BNI membidik  fee based income dari digital banking tumbuh 20% atau mencapai Rp 1,44 triliun dari posisi Rp 1,2 triliun pada 2016.

Bank yang juga jor-joran menggelontorkan dana untuk pengembangan bisnis digital banking adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk. Pada tahun ini, Bank CIMB Niaga menganggarkan dana sebesar Rp 2 triliun untuk belanja modal. Alokasi belanja modal pada 2017 ini sebagian besar akan mengucur ke pengembangan digital banking.

Wan Razly Abdullah, Direktur Keuangan Bank CIMB Niaga, bilang, lebih dari 50% belanja modal tahun ini akan digunakan untuk mengembangkan TI. “Tahun ini kami akan upgrade fitur mobile banking dan meningkatkan layanan internet serta jaringan server,” ujar Wan.

Bukan tanpa sebab, bank asal Malaysia ini berani mengucurkan dana besar untuk investasi digital banking. Wan bilang, dari total nasabah yang berjumlah sekitar lima juta orang, sebanyak dua juta di antaranya  ialah nasabah pengguna digital banking Bank CIMB Niaga.

Selain itu, peseroan ini juga bakal menutup puluhan kantor cabang operasionalnya dan menggabungkannya ke dalam satu kantor. Hal itu dilakukan untuk mengejar efisiensi operasional bank dan intensifikasi bisnis digital banking perusahaan. “Saat ini hampir 90%-92% dari jumlah transaksi keuangan nasabah dilakukan lewat digital banking,” imbuh Wan.

Untuk mendukung pertumbuhan bisnis digital, CIMB Niaga memenuhi kebutuhan nasabah dengan menawarkan berbagai produk dan layanan  lewat  634 jaringan kantor (termasuk 20 kas mobil). Per 31 Desember 2016, jaringan kantor secara nasional ini didukung oleh 3.865 ATM, 32.071 EDC, 769 cash deposit machines (CDM), dan 189 multi-function device (MFD), dan 22 digital lounge.

Per 31 Desember 2016, 94% dari total transaksi nasabah perbankan konsumer CIMB Niaga telah dilakukan melalui layanan digital banking, seperti CIMB Clicks, Go Mobile, ATM, dan Rekening Ponsel, terutama dipicu meningkatnya jumlah nasabah yang memanfaatkan produk dan layanan digital secara umum. 

Contohnya, jumlah pengguna CIMB Clicks tumbuh 22% yoy mencapai 1,22 juta pengguna, pengguna Go Mobile naik 34% yoy menjadi 1,35 juta pengguna, dan jumlah pengguna Rekening Ponsel meningkat 57% YoY menjadi 2,16 juta pengguna per akhir Desember 2016.

Sebagi catatan, per 31 Desember 2016, total penghimpunan dana pihak ketiga CIMB Niaga mencapai Rp 180,57 triliun, meningkat 1,1% yoy. Capaian ini didorong pertumbuhan CASA 9,9%, yang menghasilkan kenaikan rasio CASA 403 basis poin menjadi 50,84%.

Direktur Konsumer Bank CIMB Niaga Lani Darmawan menambahkan, pada tahun ini fokus utama CIMB Niaga dalam mengembangkan digital banking adalah menciptakan customer experience. Salah satunya memberikan akses sebesar-besarnya bagi nasabah kepada portofolio yang dimilikinya serta kemudahan dan kenyamanan. 

“Nasabah menginginkan banyak kemudahan dari kanal digital, yaitu mobile banking, internet banking, e-commerce dan layanan ATM serta CDM digital lounge. Itulah area investasi digital kami,” kata Lani. 

Jika tidak ada aral melintang, pada tahun ini CIMB Niaga akan meluncurkan beberapa produk digital banking. “Kami sedang menyiapkan perombakan di aplikasi mobile banking dan meluncurkan produk kartu kredit baru. Dari layanan digital banking ini, kami menargetkan kenaikan jumlah nasabah, profit, dan efisiensi,” ujar Lani. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×