kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rasio permodalan bank di Indonesia paling tinggi se-Asia Tenggara bahkan dunia


Senin, 16 Desember 2019 / 19:48 WIB
Rasio permodalan bank di Indonesia paling tinggi se-Asia Tenggara bahkan dunia
ILUSTRASI. Nasabah bertransaksi di Bank BNI Jakarta, Senin (8/4). Rasio permodalan alias capital adequacy ratio (CAR) bank di Tanah Air masih tercatat paling tinggi se-Asia bahkan di dunia./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/08/04/2019.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio permodalan alias capital adequacy ratio (CAR) bank di Tanah Air masih tercatat paling tinggi se-Asia bahkan di dunia. Merujuk CEIC data, pada September 2019 lalu CAR Indonesia ada di kisaran 23,3% secara industri posisi tersebut relatif turun dari bulan sebelumnya 23,9%.

Meski menurun, jika dibandingkan dengan negara tetangga, praktis CAR Tanah Air masih jauh lebih tinggi. Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina misalnya masing-masing mencatatkan CAR sebesar 16,7%, 17,7%, 15,9% dan 19,4% pada kisaran periode September-Oktober 2019.

Baca Juga: Gagal bayar Rp 12,4 triliun di 2019, ini strategi Jiwasraya lunasi kewajiban

Sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id mengatakan, CAR yang semakin tinggi tentunya menandakan hal positif. Wakil Direktur PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Herry Sidharta mengatakan modal yang tebal mencerminkan bahwa dibandingkan dengan negara tetangga, bank di Indonesia memiliki kondisi yang lebih baik dan prudent.

"CAR yang tinggi berarti bank dapat melakukan ekspansi pada earning asset yang lebih optimal ke depannya," ujarnya, Senin (16/12).

Adapun, pada September 2019 lalu CAR BNI tercatat sebesar 19,3% meningkat dibandingkan posisi September 2018 di level 17,8%. Level CAR bank bersandi saham BBNI ini jauh di atas minimum CAR menurut regulator serta Basel III untuk BNI yaitu 14% yang merupakan bank BUKU IV dan masuk dalam kategori profil risiko 2.

Namun, CAR yang besar juga tak selalu berarti baik. Menurut kacamata Herry, modal yang terlalu tinggi juga dapat dianggap tidak efisien. Artinya, bila bank tersebut memiliki CAR yang tebal namun tidak dibarengi dengan ekspansi, maka pemanfaatan modal sebagai bahan bakar pertumbuhan bisnis belum maksimal.

Baca Juga: Biayai diler mitra, Mercedes-benz dan Daimler gandeng Bank Danamon

Di sisi lain, bank berlogo 46 menambahkan tahun depan diproyeksikan CAR industri perbankan bakal terkoreksi. Hal ini tak lain disebabkan oleh adanya implementasi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 yang sedikit banyak bakal menggerus permodalan bank.

Untuk BNI, dengan memperhitungkan dampak atas implementasi standar baru tersebut maka CAR diproyeksikan bakal sedikit turun menjadi di kisaran 18%.

Nah, salah satu bank dengan CAR yang cukup tebal yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim). Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha menyebut per November 2019 ini CAR perseroan tercatat sebesar 22,70%.

Jika dibandingkan dengan akhir 2018, CAR Bank Jatim perlahan kian surut dari 24,21%. Ferdian memproyeksi posisi CAR di tahun 2020 akan dijaga di kisaran 22% saja. Adapun menurutnya, tingginya rasio permodalan bank di Indonesia merupakan hal yang wajar.

Baca Juga: CIMB Niaga targetkan kredit konsumer tumbuh di atas 10% tahun depan




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×