Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Permata Tbk (BNLI) resmi berganti juragan. Bangkok Bank telah melakukan transaksi akuisisi saham bank tersebut dengan harga Rp 1.347 per saham dengan total nilai mencapai Rp 33,3 triliun.
Bangkok Bank mengakuisi saham Bank Permata milik PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered Bank (SCB). ASII dan SCB sama-sama memiliki 44,56% saham Bank Permata.
Berdasarkam data RTI, dua kali transaksi jumbo saham BNLI terjadi di pasar negosiasi pada hari ini, Rabu (20/9) pukul 9.32 WIB dengan harga yang sama, yakni Rp 1.347 per saham. Broker pembeli pada kedua transaksi adalah Mandiri Sekuritas.
Baca Juga: Akuisisi Bank Permata (BNLI) hari ini terjadi di harga Rp 1.347 per saham
Transaksi pertama melibatkan 12,49 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 16,8 triliun. Broker penjual pada transaksi ini adalah UBS Sekuritas Indonesia. Sedangkan transaksi kedua melibatkan 12,21 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 16,5 triliun. Broker penjual pada transaksi ini adalah CLSA Sekuritas Indonesia.
Seperti diketahui, harga akuisisi saham Bank Permata telah turun akibat tekanan Covid-19. Dalam perjanjian sebelumnya yang disepakati dalam conditional share purchase agreement (CSPA) pada 12 Desember 2019, valuasi berdasarkan book value ditetapkan sebesar 1,77 kali, mengacu pada laporan keuangan Bank Permata 30 September 2019. Sehingga nilai akuisisi itu mencapai Rp 37 triliun.
Namun pada 20 April 2020, dilakukan Amendment Letter, yang ditandatangani oleh pemegang saham Bank Permata dengan Bangkok Bank dimana valuasi Bank Permata ditetapkan 1,63 kali book value. Harga tersebut berdasarkan nilai buku yang diterbitkan Bank Pertama untuk periode 31 Maret 2020.
Baca Juga: Ada peluang kenaikan harga saham dari akuisisi Bank Permata (BNLI)
Sebelum jatuh ke pelukan Bangkok Bank, Bank Permata punya sejarah panjang. Berdiri pada 17 Desember 1954, Bank Permata awalnya bernama Bank Persatuan Dagang Indonesia. Pendirinya adalah Djaja Ramli.
Berdasarkan buku Menggugat Pengambilalihan Bank Bali, sebelum menjelma menjadi Bank Persatuan Dagang Indonesia, awalnya usaha kecil yang bergulir dari sebuah ruangan kecil di daerah Kota, Jakarta.
Bank ini baru memulai kegiatannya pada 5 Januari 1955. Kegiatan operasional itu bermula di sebuah bangunan yang terletak di Jalan Telepon Kota Nomor 2 Jakarta Barat. Bank Persatuan Dagang Indonesia mengantongi izin bank umum berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1937/U.M.II tertanggal 19 Februari 1957.
Sejak 1967, Bank Persatuan Dagang Indonesia mulai bertumbuh dan Djaja Ramli semakin bersemangat menggarap secara serius. Pada 20 Agustus 1971, Djaja Ramli mengubah nama bank jadi PT Bank Bali.
Baca Juga: Harga akuisisi saham Bank Permata disebut Rp 1.396 per saham, begini respons Astra
Di 1989, Bank Bali go public dan tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan kode saham BNLI. Bank Bali pun berkembang pesat.
Pada 1994, kantor pusat Bank Bali pindah ke Jalan Sudirman Kav. 27. Saat itu, Bank Bali memiliki 243 kantor cabang dan cabang pembantu di Indonesia serta dua kantor cabang luar negeri di Los Angeles dan Cayman Island.
Baca Juga: Dikabarkan bakal crossing saham besok, ini kata analis soal saham BNLI dan ASII
Saat krisis moneter mendera Indonesia yang berujung pada penutupan banyak bank, Bank Bali pun kena imbasnya. Pada 1999, Standard Chartered Bank masuk sebagai mitra strategis dengan menyuntikkan modal sebesar 20%.
Di bawah pengelolaan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), kemudian empat bank melebur ke Bank Bali pada tahun 2002 yakni Bank Universal, Bank Prima Express, Bank Artamedia dan Bank Patriot. Kemudian pada tanggal 18 Oktober 2002, nama PT Bank Bali Tbk diganti menjadi Bank Permata Tbk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News