Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
Daniel juga mengatakan beberapa rencana ekspansi perseroan yang sudah dirancang seperti pengembangan teknologi alias digital banking akan tetap diteruskan. Selain itu, rencana untuk mendorong perkembangan bisnis perseroan dengan naik kelas ke Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III pada 2024 juga jadi incaran bisnis Bank Ina Perdana ke depan.
Sementara itu, nama Anthoni Salim memang tidak asing di kalangan dunia perbankan. Bisnis Grup Salim ini sejatinya juga pernah menguasai salah satu bank terbesar di Indonesia yaitu Bank BCA yang awal mulanya didirikan oleh mendiang Sudono Salim atau Liem Sioe Liong. Namun, ketika krisis tahun 1998, Grup Salim memutuskan untuk melepas kepemilikan saham di Bank BCA yang akhirnya dipegang oleh Grup Djarum hingga saat ini.
Baca Juga: Laba bank-bank kecil tertekan di kuartal III 2019
Bank Ina Perdana bisa menjadi momentum kembalinya Grup Salim ke bisnis perbankan guna lebih mengembangkan bisnis perusahaan maupun grup. Hanya saja, Bank Ina masih relatif masuk dalam kategori bank kecil. Misalnya saja, per Desember 2020 tercatat total modal inti Bank Ina masih sebesar Rp 1,14 triliun alias BUKU II dengan modal inti Rp 1 triliun sampai Rp 5 triliun.
Kabar baiknya, dari sisi kinerja BINA saat ini sudah lebih positif. Tercermin dari realisasi kredit yang berhasil tumbuh 52,27% per Februari 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News