kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,73   4,98   0.55%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Resmi dimiliki Grup Salim, begini rencana bisnis Bank Ina Perdana ke depan


Kamis, 16 April 2020 / 20:13 WIB
Resmi dimiliki Grup Salim, begini rencana bisnis Bank Ina Perdana ke depan
ILUSTRASI. Stan Bank Ina Perdana alias Bank Ina


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah lama tidak menguasai perbankan, pengusaha Anthoni Salim kini telah resmi menjadi satu-satunya pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) alias ultimate shareholder dan PT Indolife Pensiontama menjadi pemegang saham pengendali di PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA).

Dalam surat yang diterima Kontan.co.id, ada pula keterangan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menegaskan PT Philadel Terra Lestari dan Pieter Tanuri telah melepas fungsi dan tugasnya sebagai PSP dan PSPT. 

"Selanjutnya PT Philadel Terra Lestari dan Sdr Pieter Tanuri tidak lagi sebagai PSP dan PSPT sehingga dilepaskan dari tindakan, tugas dan fungsinya sebagai PSP dan PSPT serta tidak dapat melakukan pengendalian pada bank saudara," tulis lampiran surat OJK pada Senin (13/4).

Baca Juga: Pieter Tanuri keluar , Anthony Salim jadi pengendali saham utama di BINA

Sebelumnya, komposisi pemegang saham Bank Ina per tanggal 6 Januari 2020 sebelum terjadi perubahan yakni PT Indolife Pensiontama 22,47%, Liontrust S/A NS Asean Financials Fund 18,29%, PT Samudra Biru 16,51%.

Selanjutnya, DBS Bank Ltd S/S LTLS AS Trustee of NS Financial Fund 10,49%, PT Gaya Hidup Masa Kini 9,98%, PT Philadel Terra Lestari 9,64%, dan publik atau masyarakat 12,62%. Dengan adanya perubahan ini, OJK pun meminta agar bank segera melakukan penyesuaian kepemilikan saham.

Dengan adanya PSPT baru, Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu menjelaskan arah kebijakan bisnis ke depan tentunya akan lebih ekspansif. Salah satunya antara lain dengan melakukan sinergi dengan grup induk alias pemegang saham. "Kalau dari segmen, fokusnya tetap di retail baik funding (pendanaan) maupun lending (kredit," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/4).

Meski begitu, untuk sementara waktu ini pihaknya masih dalam proses mempersiapkan infrastruktur untuk menunjang ekspansi. Sambil melengkapi perizinan dan administratif dari regulator terkait perubahan pemegang saham pengendali. "Nanti kalau sudah siap, pastinya akan kami jelaskan lebih detail," tuturnya.

Daniel juga mengatakan beberapa rencana ekspansi perseroan yang sudah dirancang seperti pengembangan teknologi alias digital banking akan tetap diteruskan. Selain itu, rencana untuk mendorong perkembangan bisnis perseroan dengan naik kelas ke Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III pada 2024 juga jadi incaran bisnis Bank Ina Perdana ke depan.

Sementara itu, nama Anthoni Salim memang tidak asing di kalangan dunia perbankan. Bisnis Grup Salim ini sejatinya juga pernah menguasai salah satu bank terbesar di Indonesia yaitu Bank BCA yang awal mulanya didirikan oleh mendiang Sudono Salim atau Liem Sioe Liong. Namun, ketika krisis tahun 1998, Grup Salim memutuskan untuk melepas kepemilikan saham di Bank BCA yang akhirnya dipegang oleh Grup Djarum hingga saat ini.

Baca Juga: Laba bank-bank kecil tertekan di kuartal III 2019

Bank Ina Perdana bisa menjadi momentum kembalinya Grup Salim ke bisnis perbankan guna lebih mengembangkan bisnis perusahaan maupun grup. Hanya saja, Bank Ina masih relatif masuk dalam kategori bank kecil. Misalnya saja, per Desember 2020 tercatat total modal inti Bank Ina masih sebesar Rp 1,14 triliun alias BUKU II dengan modal inti Rp 1 triliun sampai Rp 5 triliun.

Kabar baiknya, dari sisi kinerja BINA saat ini sudah lebih positif. Tercermin dari realisasi kredit yang berhasil tumbuh 52,27% per Februari 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×