kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.909.000   -24.000   -1,24%
  • USD/IDR 16.181   45,00   0,28%
  • IDX 7.926   -4,80   -0,06%
  • KOMPAS100 1.113   -4,97   -0,44%
  • LQ45 822   -4,47   -0,54%
  • ISSI 267   0,62   0,23%
  • IDX30 425   -2,17   -0,51%
  • IDXHIDIV20 489   -2,04   -0,42%
  • IDX80 123   -0,77   -0,62%
  • IDXV30 127   -0,74   -0,57%
  • IDXQ30 137   -1,00   -0,72%

Riset DBS Rekomendasikan 3 Strategi Bagi Keberlanjutan Bisnis di Indonesia


Jumat, 15 Agustus 2025 / 11:34 WIB
Riset DBS Rekomendasikan 3 Strategi Bagi Keberlanjutan Bisnis di Indonesia
Dok: Bank DBS Indonesia


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini

KONTAN.CO.ID - Bank DBS mempertegas komitmennya sebagai mitra tepercaya bagi nasabah dengan merilis temuan laporan bertajuk New Realities, New Possibilities. Hasil riset dengan responden lebih dari 800 pemimpin keuangan dunia tersebut menunjukkan pergeseran strategi di tengah dinamika lanskap bisnis global.

Dalam riset yang dilakukan pada Maret—April 2025 ini, Bank DBS mengumpulkan insights dari para Chief Financial Officer (CFO) dan Corporate Treasurers, di tujuh sektor dan 14 pasar, termasuk Indonesia.

Bank DBS menyelenggarakan kajian ini untuk mendapatkan pemahaman komprehensif mengenai dampak tren ekonomi makro terkini dan memahami strategi yang diterapkan para pemimpin keuangan untuk mempertahankan keadaan finansial di tengah kompleksitas pasar.

Riset tersebut mencatat tiga tren makroekonomi yang dianggap menjadi tantangan stabilitas dan pertumbuhan: ketegangan geopolitik (58%), volatilitas akibat inflasi dan ketidakstabilan suku bunga (57%), serta gangguan rantai pasokan (55%).

Sebaliknya, kehadiran teknologi baru, seperti Generative AI dan Blockchain (83%), serta meningkatnya fokus pada keberlanjutan (76%), dianggap sebagai tren yang memiliki potensi dampak positif, mampu mendorong inovasi, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Untuk lebih memahami bagaimana tren makroekonomi mempengaruhi peran dan prioritas para pemimpin keuangan, Bank DBS melakukan survei ini dalam periode berbeda, sebelum dan sesudah pengumuman tarif AS pada April tahun ini.

Berdasarkan tujuh sektor prioritas yang diteliti, pemanfaatan financial intelligence berbasis data tetap menjadi prioritas utama perusahaan dalam memperkuat ketahanan keuangan mereka. Hasil survei dari kedua periode konsisten menunjukkan bahwa penggunaan AI untuk analisis dan visualisasi data menjadi penting untuk meningkatkan fungsi perbendaharaan perusahaan.

Lonjakan signifikan berada pada manajemen likuiditas dan valuta asing (FX). Berdasarkan hasil survei

kedua, aspek ini naik dari posisi ketujuh ke posisi kedua. Manajemen likuiditas dan valuta asing dipandang semakin krusial dalam merencanakan penguatan stabilitas keuangan di tengah biaya awal yang lebih tinggi dan potensi penimbunan inventaris akibat meningkatnya volatilitas pasar.

Optimalisasi modal jadi prioritas

Dok: Bank DBS Indonesia

Di Indonesia, studi ini menjelaskan bahwa ada pergeseran prioritas dalam menghadapi lanskap bisnis global yang terus berkembang. Para pemimpin keuangan di Indonesia menyadari bahwa volatilitas ekonomi dunia memberikan tekanan baru bagi industri dalam negeri.

Meski demikian, situasi ini juga membuka peluang strategis bagi Indonesia untuk tampil sebagai alternatif pusat manufaktur yang kompetitif, didukung oleh ekspansi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang semakin agresif. Perubahan ini diperkirakan akan secara signifikan membentuk ulang lanskap perdagangan, investasi, dan sektor industri nasional dalam beberapa tahun ke depan.

“Bank DBS Indonesia menyadari bahwa para CFO kini menghadapi tantangan yang lebih luas–lebih dari sekadar teknologi dan data–tetapi juga perlu memikirkan likuiditas dan valuta asing di tengah volatilitas global. Penelitian New Realities, New Possibilities menawarkan wawasan yang tepat waktu, mencerminkan komitmen kami untuk menjadi mitra tepercaya dalam menavigasi pergeseran pasar dan memanfaatkan peluang pertumbuhan,” ujar Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Anthonius Sehonamin.

Ketika para eksekutif global memprioritaskan financial intelligence berbasis data, manajemen likuiditas, dan valuta asing (FX), 80% pemimpin keuangan Indonesia justru menempatkan optimalisasi biaya modal sebagai prioritas utama mereka. Hal ini mencerminkan respons terhadap tekanan perdagangan, pelemahan rupiah, dan inflasi yang terus berlangsung.

Di saat yang sama, 78% perusahaan di Indonesia mengidentifikasi kinerja ESG (Environmental, Social, Governance) sebagai agenda strategis utama, seiring dengan diberlakukannya kewajiban pelaporan dan meningkatnya ekspektasi investor, termasuk untuk memastikan akses terhadap pendanaan.

Menempati posisi selanjutnya, peningkatan aktivitas kebendaharaan dinilai 76% responden menjadi prioritas kritikal agar perusahaan dapat mengidentifikasi peluang untuk menyempurnakan proses, mendorong efisiensi, dan memperkuat dampak strategis.

Selain itu, survei ini melakukan penelitian dengan indikator terbaru, yakni Strategic Effectiveness Indicator (SEI) untuk mengevaluasi efektivitas strategi sebuah organisasi. Dari ketiga fokus utama CFO dan treasurer Indonesia yang telah disebutkan sebelumnya, kinerja ESG mendapatkan rata-rata tingkat SEI tertinggi (82%), diikuti dengan optimalisasi biaya modal (78%), dan peningkatan aktivitas kebendaharaan (76%).

Tiga strategi

Melalui riset ini, Bank DBS merekomendasikan tiga strategi yang dapat dikembangkan oleh CFO dan treasurer di Indonesia sebagai solusi.

Pertama, mengikuti jejak eksekutif global dalam mengeksplorasi pemanfaatan teknologi Gen AI dan otomatisasi cerdas untuk mendukung ketahanan finansial. Kedua, mengandalkan layanan konsultasi ESG untuk mengintegrasikan aspek keberlanjutan ke dalam perencanaan keuangan serta mendukung akses terhadap pembiayaan hijau. Ketiga, menyeimbangkan kembali rasio utang dan ekuitas, menjajaki pendanaan jangka panjang, serta mendiversifikasi sumber pembiayaan guna mengoptimalkan biaya modal.

“Di tengah ketidakpastian global dan disrupsi teknologi, para pemimpin bisnis harus mengelola risiko sambil tetap beradaptasi. Inovasi digital dan evaluasi kinerja adalah kunci untuk pertumbuhan, peningkatan, dan perluasan pasar–memposisikan mitra bisnis tepercaya menjadi lebih penting dari sebelumnya dalam menghadapi momen kritis ini,” papar Head of Global Transaction Services PT Bank DBS Indonesia Dandy Indra Wardhana Pandi.

Selanjutnya: Memulihkan Lahan, Pengelola Tambang Emas Ini Manfaatkan Spesies Perintis

Menarik Dibaca: Promo Hypermart Beli Banyak Lebih Hemat 15-21 Agustus 2025, Rapika Beli 1 Gratis 1

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×