Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kelompok bank menengah masih harus bekerja keras untuk mengelola kredit bermasalah. Bank yang masuk kategori bank umum kegiatan usaha (BUKU) III tersebut memilih untuk tetap waspada dengan cara mengerek rasio pencadangan atawa coverage ratio.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio pencadangan bank menengah tercatat 89,34% per Maret 2017. Rasio pencadangan ini naik 24 basis poin (bps) secara tahunan.
Kendati masih naik, coverage ratio bank menengah masih di bawah rata-rata industri perbankan yang sebesar 115,01% pada periode yang sama. Yang jelas, rasio pencadangan masih naik karena rasio kredit bermasalah (NPL) bank menengah masih tinggi atau di level 3,08% di akhir kuartal I-2017.
Sejumlah bank menengah memprediksi, kenaikan rasio pencadangan masih akan berlanjut. "Rasio pencadangan pada kuartal II masih naik," ujar Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Maryono, Selasa (30/5).
Di kuartal I, coverage ratio BTN sebesar 43%. Perkiraan bank ini, NPL masih akan bergerak di level 3% di kuartal II tahun ini.
Setali tiga uang, Bank Panin memproyeksikan rasio NPL akan mendaki ke level 3%. Sebagai perbandingan, NPL Bank Panin di kuartal III tahun lalu sebesar 2,74%.
Ada yang turun
Namun, di tengah tren kenaikan rasio pencadangan, ada bank kelas menengah yang menurunkan coverage ratio. Salah satunya adalah Bank Bukopin.
Saat ini, bank milik Grup Bosowa mencatatkan rasio pencadangan sebesar 53%, atau sedikit menurun dibanding awal 2017. "Kami merasa cukup aman karena jaminan (mayoritas) berupa aset properti," ujar Glen Glenardi, Direktur Utama Bank Bukopin.
Sebagai gambaran, nilai pencadangan kelompok BUKU III mencapai sebesar Rp 37,95 triliun. Sementara, total pencadangan bank BUKU IV mencapai Rp 94,71 triliun.
Erwin Rijanto, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) menyatakan, kualitas kredit perbankan pada kuartal II mulai membaik. Hal ini seiring alokasi pencadangan yang sudah dilakukan perbankan. Sektor komersial dan pertambangan tercatat masih menjadi penyumbang NPL terbesar sampai April 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News