kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.166   24,84   0,35%
  • KOMPAS100 1.100   4,99   0,46%
  • LQ45 871   5,06   0,58%
  • ISSI 220   0,50   0,23%
  • IDX30 445   2,52   0,57%
  • IDXHIDIV20 536   1,40   0,26%
  • IDX80 127   0,74   0,59%
  • IDXV30 134   0,37   0,27%
  • IDXQ30 148   0,34   0,23%

Saham bank digital menarik untuk dikoleksi? Begini kata analis


Jumat, 08 Oktober 2021 / 18:54 WIB
Saham bank digital menarik untuk dikoleksi? Begini kata analis
ILUSTRASI. Karyawan mengabadikan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Reno Esnir


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seluruh saham bank digital ditutup terkoreksi pada penutupan perdagangan pekan ini Jumat (8/10). Dalam sepekan, dua bank tercatat melorot cukup dalam yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK). 

Berdasarkan Yahoo Finance, saham ARTO telah ambles 15,3% sepanjang pekan ini dan dalam sebulan turun 7,67%. Sedangkan BANK terkoreksi 6,08% dalam sepekan. 

Saham ARTO terus melorot meskipun bank ini pada Senin (4/10) mengumumkan bahwa Ribbit Capital, modal ventura asal Amerika Serikat (AS) yang gemar berinvestasi di fintech dan bank digital di dunia ini masuk mengoleksi saham perseroan. 

Ribbit disebut membeli saham ARTO tidak lebih dari 5%. Tidak dijelaskan bagaimana mekanisme pembelian saham dilakukan. Hanya saja kepemilikan Jerry NG lewat PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) tampak mulai berkurang. 

Jika dalam laporan kepemilikan efek  yang mencapai 5% per akhir Agustus 2021 yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), kepemilikan MEI tercatat 29,8% atau dengan jumlah saham 4.129.978.125 saham. Namun, dalam data KSEI per 6 Oktober 2021, porsi saham MEI berkurang jadi 28,8%. 

Saat dikonfirmasi KONTAN terkait alasan berkurangnya kepemilikan Jerry NG tersebut, managemen MEI maupun Bank Arto belum memberikan jawaban hingga berita ini diturunkan. 

Baca Juga: BEI Telisik Siapa Pembeli Saham Bank Aladin Syariah (BANK) Senilai Rp 6 Triliun

Menurut CEO dan founder Emtrade Ellen May, koreksi saham bank-bank digital terjadi karena sedang terjadi rotasi sektoral di tengah kenaikan harga batubara. 

"Big fund atau duit yang ada di market baik itu dari investor besar maupun ritel arahnya buat investasi di saham batubara. Jadi wajar kalu saham bank digital koreksi, apalagi sudah naiknya sudah banyak juga," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (8/10). 

Emtrade saham belum merekomendasikan saham bank digital karena memilih untuk fokus masuk di saham-saham komoditas. 

Ellen bilang, waktu yang tepat untuk masuk ke saham bank digital adalah saat harga saham batubara sudah oversold dan  krisis energi sudah mulai berakhir. 

Suria Darma, Kepala Riset Samuel Sekuritas melihat koreksi itu terjadi karena beberapa hari terahir dana asing masuk cukup besar dan didominasi masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar bagian dari old economy. 

Kendati demikian, Suria memandang beberapa saham bank digital masih menarik walaupun sudah cukup mahal. "Bank-bank digital lebih dilihat valuasi berdasarkan pertumbuhan usersnya. Namun, mungkin agak tertahan kenaikannya karena rata-rata bank harus melakukan rights issue,"jelasnya.

Selain pertumbuhan user, lanjut Suria, faktor lain yang perlu diperhatikan dalam melihat prospek bank digital adalah potensi ekosistem dan bagaimana managemen bank mengeksekusi rencana digitalnya. 

Menurutnya, bank yang cukup menarik saat ini adalah Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dan BRI Agro Tbk (AGRO). Kedua dinilai memiliki potensi bisnis digital yang besar dan eksekusinya juga cepat.  Ekosistem ARTO juga sebetulnya menarik bagi Suria, namun dia melihat investor sudah memberikan valuasi terlalu tinggi padahal eksekusinya masih lambat. 

Sementara Budi Frensidy, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia (UI) menilai saham-saham bank digital tidak menarik karen sudah kemahalan yang ditandai dengan price to book value (PBV) yang sudah sangat tinggi. "Selain PBV, bisa juga dilihat dari PER dan pertumbuhan labanya. Keduanya juga memberikan indikasi yang sama," ujarnya. 

Sedangkan Okie Setya Ardiastama Analis Pilarmas Investindo Sekuritas melihat ARTO masih memiliki prospek yang menarik di masa depan karena layanan berbasis digitalnya, jangkauannya yang luas, potensi kerjasama dengan pelaku e-commerce, hingga manajemen yang dinilai kompeten. 

"Kerjasama ARTO dengan Gojek, membuat perusahaan masuk ke industri perbankan dengan menawarkan solusi finansial yang lengkap. Prospek sahamnya akan membaik seiring dengan prospek pasca merger," kata Okie. 

Selanjutnya: Begini prospek bisnis Gopay dan OVO ke depan pasca Tokopedia bergabung dengan Gojek

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×