Reporter: Christine Novita Nababan, Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pada Agustus 2012, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menyusut 3,64% menjadi Rp 487 triliun dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar Rp 505 triliun.
Penurunan terjadi hampir di seluruh sektor usaha. Yang stabil hanya kredit UMKM untuk bidang konstruksi, real estate, penyewaan dan jasa. Penurunan ini rupanya bukan akibat dampak krisis global. Tapi, karena ada bank yang salah memasukkan data kredit.
Kepala Hubungan Masyarakat Bank Indonesia (BI), Difi Ahmad Johansyah bilang, bank tersebut memindahkan data yang sebenarnya masuk UMKM ke non-UMKM, sehingga pada Agustus terlihat merosot.
"Rupanya ada reklasifikasi data kredit dari salah satu bank besar," katanya, Kamis lalu (18/10). Tapi dia tak menyebutkan identitas bank itu. Beberapa sektor yang salah dilaporkan adalah agribisnis, perikanan, pertambangan, listrik, gas dan air, perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi, pergudangan, dan komunikasi.
Data yang tercatat di BI memang tidak sinkron dengan realitas di industri. Perbankan justru membukukan lonjakan kredit UMKM. Bank CIMB Niaga dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) misalnya.
Handoyo Soebali, Direktur Commercial Banking & Syariah Bank CIMB Niaga, menuturkan, sektor yang terbanyak mendapatkan kredit UMKM antara lain trading dan petani plasma kelapa sawit. Dalam menyalurkan kredit mikro kecil menengah (SME), CIMB menerapkan dua cara. Pertama, penyaluran kredit secara langsung. Kedua, linkage program melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan koperasi.
"Penyaluran kredit dengan skema ini masih kecil, hanya Rp 7 triliun," katanya. Bank milik investor Malaysia ini menyalurkan kredit UMKM senilai Rp 20 triliun per September 2012. Angka ini naik sekitar 25% dari periode yang sama tahun lalu.
CIMB Niaga menargetkan kredit UMKM senilai Rp 22 triliun pada akhir 2012, atau tumbuh 29% dari posisi akhir 2011 senilai Rp 17 triliun. Djarot Kusumayakti, Direktur Bisnis UMKM BRI, menjelaskan, selama periode September 2011 - September 2012, kredit UMKM terbesar ke sektor pangan seperti pertanian, perkebunan, dan peternakan. Posisi atau outstanding kredit pangan BRI pada akhir September 2012 mencapai Rp 11,5 triliun alias tumbuh 35%.
"Agar dapat berkembang optimal, petani membutuhkan dukungan permodalan dari perbankan," katanya. Sedangkan jumlah debitur yang menerima kredit dari BRI hingga kini mencapai 690.454 petani. Pertambahan jumlah petani yang mendapat kredit dari BRI rata-rata mencapai 22.000 petani per bulan.
Djarot menambahkan, penyaluran kredit pangan melalui beberapa skema antara lain kredit ketahanan pangan dan energi (KKPE), kredit usaha rakyat (KUR), kredit kemitraan, dan kredit komersial lainnya.
Adapun subsektor yang dibiayai meliputi budidaya padi, jagung, kedelai, budidaya tanaman holtikultura, budidaya tanaman ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, pengembangan tanaman tebu, pengadaan pangan, dan peternakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News