kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

SAN Finance cari utangan Bank, FIF pilih obligasi


Senin, 26 Maret 2012 / 09:02 WIB
SAN Finance cari utangan Bank, FIF pilih obligasi
ILUSTRASI. Wisatawan asing di Indonesia


Reporter: Mona Tobing | Editor: Edy Can

JAKARTA. Meskipun suku bunga obligasi semakin murah, tapi Surya Artha Nusantara (SAN) lebih rajin mencari utangan ke perbankan. SAN Finance sedang menjajaki pinjaman dari perbankan dalam negeri sebesar Rp 900 miliar. Sementara, Federal International Finance (FIF) lebih memilih mencari pendanaan dari obligasi.

Belakangan, SAN Finance memang gencar mencari pendanaan dari bank. Awal Februari, mereka telah mendapatkan pinjaman sindikasi dari tiga bank luar negeri senilai US$ 60 juta.

Kini, perusahaan pembiayaan alat berat ini berharap, mendapat pinjaman dari bank lokal Rp 900 miliar. "Sudah ada beberapa bank yang memprosesnya, tinggal menunggu beberapa persyaratan saja," kata Andrijanto, Direktur Keuangan SAN Finance, akhir pekan lalu.

Manajemen SAN Finance berharap, pinjaman itu bisa masuk ke kas perusahaan pada semester I. Tahun ini, SAN Finance membutuhkan pendanaan sekitar Rp 3 triliun dari pihak luar.

Dana bank tetap mendominasi, mencapai 70% dengan komposisi bank lokal 40% dan bank luar negeri 30%. Kemudian, 30% pendanaan dari obligasi. "Bunga obligasi murah, tapi dana dari obligasi terkadang tidak dapat langsung dicairkan," terang Andrijanto. Itu berpotensi menganggu laju pembiayaan.

Tahun ini, target pembiayaan SAN Finance sekitar Rp 5,5 triliun. Sepanjang Januari-Februari 2012, multifinance milik grup Astra ini telah membiayai alat besar sekitar Rp 908 miliar, tumbuh 19% dibandingkan periode sama tahun 2011.

Dari pembiayaan itu, sebanyak 89% berasal dari kredit alat berat sektor pertambangan, sisanya dari truk. Djap Tet Fa, Head Treasury of Funding FIF menerangkan, ingin mengurangi pendanaan dari bank di luar negeri dan memperbanyak obligasi.

Alasannya, bunga obligasi murah dan sedang laris di pasaran. "Kondisi makro Indonesia lebih stabil dengan inflasi terkendali sehingga obligasi korporasi menjadi tren," ujar Djap, Rabu (21/3).

Djap mengatakan, target pendanaan tahun ini Rp 22 triliun. Dari jumlah itu, kontribusi obligasi mencapai 15%. Pekan lalu, FIF baru menawarkan obligasi berkelanjutan tahap I sebesar Rp 1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×