Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tahun 2019 ini sejumlah bank menengah mulai bersiap untuk memperkuat permodalan dan pendanaan guna menunjang ekspansi. Ada beberapa bank yang masuk kelas BUKU III dengan modal inti minimal Rp 5 triliun yang bakal melakukan penguatan modal maupun pendanaan non konvensional tahun ini.
Salah satunya PT Bank OCBC NISP Tbk yang kemungkinan akan melakukan penerbitan obligasi maupun pendanaan lain. Namun, Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja tak mau banyak komentar lantaran rencana pendanaan tersebut baru akan dilakukan jika kondisi pasar kondusif dan sesuai kebutuhan.
"Belum ada jalan persisnya karena akan disesuaikan dengan peluang dan kondisi pasarnya," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (17/2).
Sebelumnya di tahun lalu, OCBC NISP sudah menerbitkan obligasi berkelanjutan III sebesar Rp 1 triliun. Selain itu, bank yang terafilisasi dengan OCBC Group Singapura ini juga pernah menerbitkan obligasi hijau bank pertama (green bond) dengan komitmen investasi senilai US$ 150 juta.
Bila merujuk pada laporan keuangan perseroan, kondisi keuangan OCBC NISP relatif cukup stabil. Antara lain rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) di level 17,6% per akhir 2018, sementara loan to funding ratio (LFR) juga stabil di posisi 88,9% sampai dengan tahun lalu. Meski begitu, dari sisi loan to deposit ratio (LDR) memang cukup ketat yakni 93,5%.
Selain itu juga ada PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang mengatakan mengincar perolehan dana non konvensional (wholesale) sebesar Rp 12,5 triliun di tahun ini.
Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko menerangkan, dari jumlah tersebut paling mendekati terealisasi adalah sekuritisasi dengan instrumen Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) bertipe sintesis.
"KIK-EBA Sintesis agak berbeda dengan yang lama, ini agar KPR (kredit pemilikan rumah) ada di buku BTN, pendapatan juga di buku kita. Yang disekuritisasi adalah future income bisa berupa pokok maupun bunganya (interest)," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (14/2) lalu.
Namun tak seperti dua bank di atas, PT Bank Mayapada Internasional Tbk menyebut tahun ini tidak mengincar dana wholesale. Namun, Haryono Tjahjarijadi, Direktur Utama Bank Mayapada bilang ada satu aksi korporasi yang dilakukan antara lain penambahan modal oleh pemegang saham di 2019.
Bila berjalan sesuai rencana, maka modal tersebut akan masuk pada semester kedua di tahun ini. "Komitmennya sedang hitung-hitungan, karena tahun lalu juga kami sudah ada rights issue dan subdebt," singkat Haryono.
Alasan lain perseroan tak mengincar dana wholesale, dikarenakan Bank Mayapada tidak terlalu mengincar pertumbuhan di tahun ini. Dengan kata lain, pertumbuhan kinerja hanya akan disesuaikan dengan likuiditas (DPK) yang diperoleh serta kondisi pasar.
Namun sebelumnya, Haryono mengatakan kalau pertumbuhan deposito atau DPK perbankan di tahun ini bakal terbatas, sebab pemerintah sudah menginformasikan cukup banyak surat berharga dengan imbal hasil yang tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News