Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek infrastruktur menjadi penyebab dari kenaikan kredit yang belum ditarik atau undisbursed loan. Saat ini, secara rata-rata nilai kredit yang belum ditarik mencapai Rp 1.472 triliun per Februari 2018 atau naik 8,74% secara tahunan.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, kredit yang belum ditarik mayoritas berasal dari sektor infrastruktur. Bank berplat merah ini mencatat undisbursed loan senilai Rp 151,3 triliun di kuartal I-2018 atau naik 18,3%.
"Kredit yang belum ditarik karena banyak korporasi belum menarik project finance infrastruktur," kata Kartika, Selasa (24/4). Biasanya, pada awal tahun penarikan kredit infrastruktur terbilang lambat.
Menurutnya, pelambatan penarikan kredit infrastruktur ini karena beberapa proyek seperti jalan tol dan pelabuhan udara masih belum dieksekusi secara cepat. Salah satu penyebabnya pembebasan tanah yang masih tersendat.
Senada, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesai Tbk (BNI) Anggoro Eko Cahyo menuturkan, undisbursed loan di BNI karena sejumlah proyek yang belum aktif.
"Sehingga penggunaan fasilitas kredit belum optimal," ujar Anggoro.
Bank ini mencatat, undisbursed loan sebesar Rp 50,2 triliun di kuartal I-2018. Fasilitas kredit yang belum ditarik ini terutama didominasi oleh sektor listrik, gas dan air, perindustrian.
Menurut BNI, pencairan undisbursed loan atas kebutuhan pembiayaan debitur. Seiring dengan perbaikan ekonomi maka permintaan kredit akan naik, sehingga undisbursed loan akan digunakan maksimal.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jan Hendra menyampaikan, saat ini tingkat penggunaan kredit di BCA stabil di kisaran 70%-71% dari plafon yang diberikan BCA. Penggunaan kredit ini tergantung dari kebutuhan debitur atau pengusaha yang mengambil kredit.
Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Frans Alimhamzah mengaku, penyumbang terbesar kredit yang belum ditarik berasal dari kredit infrastruktur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News