Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi di mesin anjungan tunai mandiri (ATM) kian menukik seiring masifnya digitalisasi perbankan.
Dilansir dari Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV 2024 Bank Indonesia (BI), transaksi digital mencapai Rp 34,5 miliar transaksi atau tumbuh 36,1% secara tahunan atau year on year (yoy). Volume transaksi pada aplikasi mobile tumbuh sebesar 39,1% yoy dan volume transaksi pada internet tumbuh sebesar 4,4% secara tahunan atau year on year (yoy).
Lain halnya dengan transaksi pada mesin ATM. Berdasarkan data BI, volume transaksi kartu ATM pada tahun 2024 mencapai 6,95 milyar transaksi, menyusut 8,57% dari tahun sebelumnya, yakni 7,60 milyar transaksi.
Penurunan transaksi ATM salah satunya terjadi di Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Head of Division Retail Digital Product and Partnership BNI Mesah Roni Ginting menyebut, frekuensi transaksi ATM BNI pada tahun 2024 turun sebesar 9% dari tahun sebelumnya. Sementara nilai transaksinya menyusut 0,2% secara yoy.
Menurut Mesah, tren penurunan tersebut akan berlanjut di tahun 2025. Ia mengungkapkan, tren penurunan tersebut disebabkan meningkatnya adopsi transaksi digital, khususnya transaksi melalui aplikasi Wondr by BNI yang dicatat meningkat 51%.
Baca Juga: Transaksi Cashless Meningkat, Perbankan Harap Tarik Tunai di ATM Terus Turun
“Perubahan ini mencerminkan pergeseran perilaku nasabah yang semakin mengandalkan layanan digital untuk berbagai kebutuhan transaksi finansial mereka, mulai dari transaksi dengan QRIS, top up pulsa, bayar tagihan, maupun transfer dengan BI-FAST,” bebernya kepada Kontan.co.id, Rabu (13/3).
Hingga saat ini, BNI mengelola lebih dari 13.300 mesin ATM dan cash recycling machine (CRM) yang tersebar di berbagai lokasi strategis di seluruh Indonesia. Mesah bilang, BNI akan mempertimbangkan untuk mengkonversi sebagian mesin ATM menjadi CRM.
Selain itu, untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan ATM, BNI terlibat dalam program BUMN dalam proyek pengelolaan ATM bersama dengan Himbara atau bank-bank pelat merah yang dipimpin PT Jalin Pembayaran Nusantara.
Jalin merupakan perusahaan yang mengelola jaringan ATM Himbara yang menghubungkan layanan transaksi keuangan berbasis ATM, CRM, debit, CDM, mobile banking, mini ATM, dan QRIS di bawah merek ATM Link. Mesah mengatakan, saat ini sudah lebih dari 4.000 ATM Himbara yang telah dikelola oleh Jalin.
Baca Juga: Cashless Makin Tinggi, Begini Strategi Perbankan Hadapi Penyusutan Transaksi ATM
Sedikit berbeda dengan BNI, penurunan transaksi di mesin ATM PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. hingga Februari 2025 tercatat stabil di angka 1% hingga 5% (yoy) pada tahun 2025. Ini disampaikan Thomas Wahyudi, Senior Executive Vice President Digital Business Bank BTN. Pada tahun 2024, frekuensi transaksinya pun stabil di angka 2% hingga 5% (yoy). Meski Thomas enggan mengungkap nilai transaksi pada tahun 2023, pada 2024 menurut Thomas angkanya tumbuh lebih dari 15% (yoy).
“Pada tahun 2025, jumlah dan volume transaksi di ATM BTN diproyeksikan tetap tumbuh di dikisaran 2% s.d 5% secara yoy,” kata Thomas, Jumat (14/3).
Hingga saat ini, ada lebih dari 40.000 ATM BTN yang berjejaring dengan ATM Link. Thomas mengatakan integrasi ini memberikan akses yang lebih luas bagi nasabah serta efisiensi operasional.
“Efisiensi operasional serta optimalisasi dalam perluasan layanan tanpa harus menambah jumlah mesin ATM secara signifikan,” papar Thomas.
Saat ini, BTN telah mengoperasikan lebih dari 2.000 mesin ATM dan CRM yang tersebar di berbagai lokasi. Ke depan, BTN akan terus menyesuaikan perilaku nasabah seperti digitalisasi dan konversi bertahap ATM menjadi CRM.
Baca Juga: Bank Indonesia Catat Penurunan Signifikan Jumlah Transaksi ATM di Indonesia
Selanjutnya: Xiaomi Segera Luncurkan Mobil Listrik Crossover Pertamanya, YU7
Menarik Dibaca: Ekspansi Klinik Gigi Damessa Terus Berlanjut dengan Pembukaan Cabang Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News