Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bankir sepakat 2023 akan lebih menantang di tengah tekanan ancaman resesi global dan tren kenaikan suku bunga. Kendati demikian, mereka masih melihat peluang pertumbuhan bisnis di tahun depan.
Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan menyatakan telah mewaspadai hal ini dan tetap optimistis bisnis kredit dan pembiayaan akan bertumbuh. Ia menyatakan secara domestik, peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia masih besar.
CIMB Niaga juga melihat masih banyak produk, segmen, dan area untuk melakukan pertumbuhan bisnis, tanpa mengubah risk appetite yang dimiliki. Ia optimis kredit masih akan tumbuh tahun depan walaupun untuk saat ini ia belum menargetkan dobel digit.
Baca Juga: Kinerja Moncer Emiten Tambang dan Perbankan Diproyeksi Berlanjut Hingga Akhir Tahun
“Tapi untuk tumbuh 8% hingga 9% harusnya bisa (2023), nanti bisa direvisi. Motornya masih dari ritel seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) dan UMKM,” papar Lani pekan lalu.
Ia yakin penyaluran kredit ke sektor UMKM juga bisa tumbuh dobel digit. Sedangkan untuk non ritel baik wholesale maupun komersial, Lani masih melihat kondisi pasar.
Oleh sebab itu, CIMB Niaga akan menyasar segmen FMCG (Fast Moving Consumer Goods), manufaktur, telekomunikasi, dan perusahaan BUMN untuk non ritel. Guna mencapai target ini, CIMB Niaga akan terus memperkuat dana murah atau current account and saving account (CASA).
Tujuannya, agar bisa memiliki daya saing dalam pricing (bunga) di pasaran. Dengan demikian, CIMB Niaga bisa mendapatkan debitur yang berkualitas.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan, masih menyusun rencana bisnis bank (RBB) 2023. Kendati demikian, ia menyatakan BNI akan tumbuh secara konservatif dengan menargetkan pasar yang dalam jangka panjang yakni top tier korporasi beserta value chainnya.
"Secara guidance, kita (kredit) tumbuh 7% hingga 9%. Kita akan menjaga net interest margin (NIM) di level 4,5% hingga 4,7% dan pertumbuhan kredit kita lakukandengan strategi pertumbuhan yang konservatif dan segmen yang menguntungkan baik dari sisi margin, dan kita jaga kualitas aset," ujar Novita.
Ia menyatakan, non performing loan (NPL) BNI tren terus membaik dari 3,8% di September 2021 menjadi 3,0% di sembilan bulan pertama 2022. Ia berharap NPL ini akan terus membaik hingga bisa ditekan ke level di kisaran 2,5%.
“Ini akan ada implikasi efisiensi dari ssisi biaya kredit maupun biaya dana. Ini sudah termasuk memperhitungkan bila stimulus OJK diberhentikan di tahun depan," jelasnya.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Bank Pilihan, Mayoritas Valuasi Masih Murah