kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Strategi Maybank Indonesia yang Berhasil Menggenjot Kinerja di Kuartal 1 2024


Rabu, 01 Mei 2024 / 14:11 WIB
Simak Strategi Maybank Indonesia yang Berhasil Menggenjot Kinerja di Kuartal 1 2024
ILUSTRASI. Nasabah melintas di depan deretan ATM Maybank di Jakarta, Jumat (10/1/2020). KONTAN/Carolus Agus Waluyo/10/01/2020.


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Maybank Indonesia, Tbk (Maybank Indonesia) berhasil mencatatkan kenaikan kinerja selama kuartal pertama tahun 2024 ini. Maybank Indonesia berhasil menebalkan pertumbuhan kredit sebesar 14% di seluruh segmen mulai dari korporasi, ritel hingga non ritel.

Dalam catatan kinerja hingga 31 Maret 2024, kredit Maybank Indonesia tercatat bertumbuh menjadi Rp 122,28 triliun dari Rp 107,22 triliun secara year on year (yoy) atau tahunan.   

Faktor penyebab kenaikan penyaluran kredit ini adalah penggunaan Strategic Programmes (SP) 7 'Uplift Indonesia'yang terintegrasi dengan strategi M25+ dari Maybank Group, khususnya pengembangan portofolio  pembiayaan yang berpotensi dikembangkan lebih jauh atau 'super growth'. Ada pun ‘super growth’ tersebut meliputi, peningkatan kredit Global Banking, khususnya segmen Large Local Corporation (LLC),  kredit non-ritel Usaha Kecil Menengah/Small Medium Enterprise yaitu SME+ dan RSME, serta kredit ritel otomotif.

Strategi SP7 ini yang mencakup inisiatif-inisiatif yang bertumpu pada peningkatan, di antaranya, optimalisasi operasional Bank, digitalisasi segmen SME, inisiatif ‘One Maybank go to Market’ dan Shariah Wealth offerings, untuk menjadi pembeda, serta mendorong pertumbuhan pada segmen yang berpotensi  untuk berkembang lebih jauh.

Presiden Komisaris Maybank Indonesia, Dato' Khairussaleh Ramli mengatakan bahwa dalam jangka pendek, Maybank Indonesia mengambil langkah untuk memperkuat fundamental Bank.  

“Untuk strategi jangka menengah, Maybank Indonesia akan terus fokus untuk memperkuat seluruh lini  bisnis utamanya. Upaya ini diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan bisnis Maybank Indonesia  melalui berbagai strategi yang telah dicanangkan dalam strategi M25+ dengan tujuan menciptakan nilai yang berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan ke depannya,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima KONTAN.

Alhasil, penerapan strategi tersebut memang terlihat dan tercermin pada laporan kuartal pertama 2024.

Misalnya saja, kredit Global Banking tumbuh 18,2% menjadi Rp 46,42 triliun dari Rp 39,29 triliun, yang didukung oleh pertumbuhan kredit LLC sebesar 5,3% menjadi Rp 9,82 triliun dari Rp 9,33 triliun dan kredit Financial  Institution Group (FIG) tumbuh 86,8% menjadi Rp 16,50 triliun dari Rp 8,83 triliun. dan kredit ritel dan non-ritel yang dikelompokan sebagai Community Financial Services (CFS) tumbuh 11,7% menjadi Rp 75,86 triliun dari Rp 67,93 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Demikian juga, portofolio kredit segmen Usaha Kecil Menengah/Small Medium Enterprises menguat, diiringi meningkatnya jumlah debitur dari berbagai wilayah di Indonesia. Kredit CFS Non-retail tumbuh 14,6% menjadi Rp 31,90 triliun dari Rp 27,83 triliun ditopang oleh kredit komersial Business Banking yang tumbuh 19,8% menjadi Rp 12,03 triliun dari Rp 10,04 triliun, dan kredit RSME yang tumbuh 12,9% menjadi Rp 14,37 triliun dari Rp 12,72 triliun, serta kredit SME+ yang tumbuh 8,9% menjadi Rp 5,49 triliun dari Rp 5,05 triliun.

Kredit CFS Ritel mencatat kenaikan sebesar 9,6% didukung oleh pertumbuhan KPR yang berkelanjutan sebesar 1,4% dan Kartu Kredit serta KTA yang tumbuh 20,5%. Sebagaimana kredit otomotif merupakan bagian dari 'super growth', kredit otomotif Anak Perusahaan tumbuh 14,6% menjadi Rp 23,54 triliun dari
Rp 20,54 triliun. Dimana jika dijabarkan maka terlihat ada kenaikan pembiayaan roda dua naik 13,7% dan pembiayaan roda empat naik 14,9%.

Pencapaian kredit kendaraan motor ini cukup menyejukaan karena jika dilihat secara industri, bisnis ini memang sedang mengalami kontraksi. Berdasarkan laporan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) dan Gabungan Industri Otomotif Indonesia (Gaikindo) pada Maret 2024, menunjukkan bahwa penjualan otomotif roda dua dan roda empat di industri justru mengalami penurunan masing-masing sebesar 4,9% dan 23,9%.

Dus, hasil kerja keras peningkatan kredit ini tentu saja mendorong total aset konsolidasian Bank untuk tumbuh 10,0% menjadi Rp177,65 triliun dari Rp161,54 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, total simpanan nasabah tercatat sebesar Rp117,22 triliun pada Maret 2024, naik 13,1% dari Rp 103,61 triliun pada periode yang sama tahun lalu. CASA meningkat 8,3% didukung oleh Giro yang tumbuh 5,9% dan Tabungan tumbuh 11,9%. Deposito Berjangka (TD) juga naik 18,4% mengikuti tren
kuartal sebelumnya. Rasio CASA Bank tetap sehat sebesar 49,7% pada Maret 2024.

Bukan cuma urusan menggenjot kredit, bank ini juga berhasil menjaga kualitas aset. Terlihat dari data Non-Performing Loan (NPL) membaik menjadi 2,7% (gross) dan 1,7% (net) pada Maret 2024 dari 3,4% (gross) dan 2,3% (net) pada Maret 2023. Adapun, Rasio NPL pada Maret 2024 juga membaik dari 2,9% (gross) and 1,9% (net) pada Desember 2023. Pada Maret 2024, Saldo NPL turun 10,1% Y-o-Y dan turun 3,3% pada Desember 2023 (YTD).

Begitu juga dari data loan at Risk/LAR membaik menjadi 8,3% pada Maret 2024 dari 12,1% pada Maret 2023. LAR juga membaik dari 8,9% pada Desember 2023. Pada kuartal pertama 2024, Bank membukukan pendapatan bunga lebih tinggi sebesar 10,7%. Namun oleh karena biaya dana yang meningkat, maka Net Interest Income (NII) turun 3,0%. Net Interest Margin (NIM) terkontraksi 61bps Y-o-Y.

Pendapatan non-bunga (Fee-based income) tercatat lebih rendah menjadi Rp370 miliar pada kuartal pertama tahun 2024 dari Rp574 miliar periode yang sama tahun lalu sehubungan melemahnya mata uang Rupiah yang dipengaruhi oleh perubahan tren dan proyeksi pergerakan suku bunga global serta pengaruh
geopolitik.

Selain itu, Bank membukukan asset recovery yang lebih rendah. Pada kuartal pertama 2024, Maybank Indonesia juga terus melakukan investasi yang signifikan untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas TI, termasuk penerapan beberapa bidang strategis sejalan dengan inisiatif M25+ guna mendorong digitalisasi dan modernisasi perangkat berbasis teknologi. Dengan demikian, biaya overhead naik 4,2% Y-o-Y.

Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan (PPOP) tercatat sebesar Rp 609 miliar. Bank mengambil langkah proaktif dengan menyisihkan pencadangan sebesar Rp 873 miliar untuk akun korporasi tertentu yang berpotensi mengalami penurunan kualitas aset. Nilai pencadangan tersebut dibentuk oleh Bank dan tidak sistemik. Dengan demikian, Bank mencatat kerugian secara konsolidasian sebelum pajak untuk
periode yang berakhir pada 31 Maret 2024 sebesar Rp 265 miliar. Rasio Loan loss coverage terhadap nonperforming loans membaik dari 95,1% pada Maret 2023 menjadi 133,2% pada Maret 2024.

Pada Maret 2024, rasio Loan to Deposit (LDR) berada pada level 88,7% dan Liquidity Coverage Ratio/LCR (Bank only) tetap sehat sebesar 210,8%, jauh di atas ketentuan regulator yang sebesar 100%. Terakhir rasio Kecukupan Modal (CAR) tetap kuat sebesar 25,7% pada Maret 2024.

Bisnis Syariah

Dari bisnis syariah juga Maybank Indonesia berhasil menggenjot kinerja. Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank Indonesia mencatat pertumbuhan aset sebesar 4,1% menjadi Rp 41,22 triliun dari Rp 39,61 triliun, didukung pembiayaan yang tumbuh signifikan sebesar 28,8% menjadi Rp 31,88

triliun dari Rp 24,74 triliun yang dikontribusikan dari pembiayaan korporasi dan SME. Pertumbuhan pembiayaan tersebut berkontribusi kepada total pembiayaan Bank (standalone) sebesar 29,3%.

Pendapatan setelah Distribusi Bagi Hasil Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank Indonesia tercatat sebesar Rp 320 miliar dibandingkan Rp 369 miliar pada periode yang sama tahun lalu sehubungan dengan biaya  dana yang tinggi dan persaingan yang ketat.

Pendapatan operasional lainnya (pendapatan biaya/fee-based) UUS naik 35,5% menjadi Rp49 miliar dari Rp 36 miliar didorong utamanya dari peluncuran solusi investasi syariah yang menyeluruh yaitu 'Maybank  Shariah Wealth Management/MySWM' ke pasar pada kuartal ketiga tahun lalu. UUS Maybank Indonesia  menjadi bank pertama di Indonesia yang meluncurkan solusi investasi dengan prinsip syariah, MySWM.

Simpanan nasabah UUS tumbuh 11,9% menjadi Rp34,72 triliun dari Rp31,03 triliun dengan CASA yang bertumbuh 10,8%. Pertumbuhan CASA tersebut didukung oleh Tabungan yang tumbuh 26,3%, sedangkan Giro turun 4,9%. Deposito Berjangka juga tumbuh 13,0% mengikuti tren kuartal sebelumnya. Rasio CASA tetap stabil  sebesar 48,9% pada Maret 2024 dari 49,4% pada Maret 2023.

Selanjutnya: Antam (ANTM) Tegaskan Komitmen Kelola Sumber Daya Manusia Unggul

Menarik Dibaca: Sedang Pilek? Konsumsi Makanan untuk Mengatasi Flu Berikut Ini!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×