Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor rumah tangga masyarakat Indonesia sedang diterpa tekanan. Hal tersebut tercermin dalam peningkatan kredit macet di sektor rumah tangga yang sejalan dengan penurunan rata-rata simpanan di perbankan.
Mengacu pada data Bank Indonesia (BI), kredit macet atau NPL kredit rumah tangga yang diberikan perbankan berada di level 2,33% pada April 2025. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang 2025 berjalan dan naik dari periode sama tahun sebelumnya yang masih di level 1,99%.
Adapun, kredit macet tertinggi berasal dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang mencapai level 3,07% pada periode tersebut. Dilanjutkan oleh Kredit Kendaraan Bermotor yang menempati posisi tertinggi kedua di level 2,35%.
Peningkatan kredit macet tersebut pun tak diimbangi oleh simpanan rumah tangga di perbankan. Pasalnya, rata-rata simpanan rumah tangga justru mengalami penurunan di periode yang sama.
Baca Juga: Dana Pihak Ketiga Perbankan dari Nasabah Perorangan Terus Menyusut
Berdasarkan data BI, rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) rumah tangga per April 2025 hanya sekitar Rp 6,34 juta per rekening. Meski bukan yang terendah sepanjang 2025, rata-rata DPK tersebut mengalami penurunan dari periode April 2024 yang masih bisa menyentuh Rp 6,88 juta per rekening.
Kondisi tersebut juga semakin dikuatkan dengan survei yang dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bahwa yang mencatat Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada bulan Mei 2025 mengalami penurunan. IMK pada bulan tersebut berada di level 79 dan melemah 4,4 poin dari bulan sebelumnya.
Direktur Group Riset LPS Seto Wardono melihat perkembangan ini mengindikasikan rencana dan intensitas menabung yang cenderung melemah. Hal ini antara lain berhubungan dengan pengeluaran rumah tangga yang lebih tinggi untuk pendidikan selama masa penerimaan siswa baru dan jelang dimulainya tahun ajaran baru.
“Selain itu, juga terdapat peningkatan jumlah responden yang mengurangi tabungannya untuk membayar cicilan utang,” ujar Seto Wardono, belum lama ini.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan pun sepakat bahwa secara industri memang NPL sektor rumah tangga mengalami kenaikan. Menurutnya, ini juga dipengaruhi oleh simpanan nasabah yang tidak cukup tumbuh sehingga tak bisa mengantisipasi adanya kredit macet.
Baca Juga: Penempatan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terkonsentrasi di Empat Bank Jumbo Ini
“Namun, NPL ritel kami saat ini masih baik, tidak terlihat pelonjakan,” klaimnya.
Lebih lanjut, ia melihat tabungan ritel saat ini banyak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, alhasil kemampuan untuk menabung juga berkurang. Di sisi lain, untuk nasabah segmen orang kaya lebih memilih alternatif instrumen lain untuk produk investasi, termasuk di luar negeri.
Sebagai informasi, total DPK CIMB Niaga per April 2024 tercatat senilai Rp 250,4 triliun. Capaian tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan pada periode sama di tahun sebelumnya yang senilai Rp 252,4 triliun.
“DPK kami secara tahunan flattish, hanya dana murah (CASA) yang masih tumbuh,” ujar Lani, Kamis (12/6).
Sementara itu, SVP Retail Deposit Product and Solution Bank Mandiri Evi Dempowati berpandangan ada perubahan perilaku nasabah, seperti meningkatnya kebutuhan hidup dan kecenderungan diversifikasi aset ke instrumen lain. Alhasil, perubahan perilaku itu mempengaruhi saldo rata-rata nasabah.
Meski demikian, ia melihat kondisi tersebut tak terjadi di bank berlogo pita emas ini. Di saat industri mencatat penurunan rata-rata DPK per rekening ritel, ia bilang tabungan ritel Bank Mandiri masih tumbuh positif secara tahunan sekitar 8,5% di Mei 2025.
“Pertumbuhan ini terutama didorong oleh segmen individual dan High Net Worth Individual,” ujarnya.
Baca Juga: Sejumlah Bank Besar Pacu Transaksi Demi Jaring Dana Pihak Ketiga
Selanjutnya: Hartadinata Abadi (HRTA) Sebut Permintaan Perhiasan Emas Turun Pasca Pandemi Covid-19
Menarik Dibaca: UGM Gaet Industri untuk Hilirisasi Riset, Sasar Pasar Ekspor Herbal Kosmetika
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News